Indonesia adalah negeri yang jumlah penduduknya begitu besar. Dan
penduduk usia produktifnya juga tinggi. Maka dari itu, diperlukan banyak
sekali lapangan pekerjaan agar semua generasi muda yang produktif ini
bisa bekerja untuk Mandiri dan menggerakkan perekonomian bangsa.
Untuk itulah, muncul berbagai konsep bisnis yang berusaha menjawab
tantangan ini: memberikan sebanyak mungkin lapangan pekerjaan bagi siapa
saja. Salah satu yang paling memungkinkan untuk diakses oleh rakyat
dari berbagai kalangan ialah bisnis yang berkonsep kemitraan mikro.
Investasi yang diperlukan tidak terlalu tinggi, biaya pemeliharaannya
juga tak membebani, namun menghasilkan laba yang relatif setimpal.
Konsep bisnis kemitraan mikro seperti inilah yang dicoba untuk
diterapkan Sribudiawan, salah satu pebisnis muda di balik usaha Kopi
Juleha. CiputraEntrepreneurship.com berkesempatan untuk mewawancarai
Sribudiawan via surel dan berikut adalah petikan wawancaranya.
1. Dari mana datangnya ide Kopi Juleha ini?
Ide awalnya muncul karena seringnya saya nongkrong di
warung kopi/coffee shop yang salah satunya adalah Starbucks Coffee.
Hampir tiap hari saya menghabiskan waktu saya di sana. Karena seringnya
nongkrong di Starbucks akhirnya saya kenal akrab dengan para
barista-barista dan coffee master yang ada di sana. Saya sebetulnya
bukan peminum kopi, saya berhenti minum kopi sejak 2 tahun yang lalu.
Karena seringnya ngobrol dengan para barista dan coffee master di
Starbucks secara tidak langsung menambah wawasan dan pengetahuan saya
tentang minuman khususnya Kopi. Tiba suatu hari (Mei 2011) karena
Starbucks Coffee lagi ramai banget dan saya pun tidak kebagian tempat
duduk akhirnya saya nongkrongnya di taman yang kebetulan lokasinya tidak
begitu jauh dari Starbucks Coffee.
Tidak seberapa lama duduk di taman, saya melihat
segerombolan karyawan yang waktu itu mungkin lagi istirahat yang sedang
memanggil seseorang yang berada di luar area taman. Karena penasaran
saya pun mencoba mencari tahu. Ternyata mereka memanggil mas-mas penjual
kopi seduh yang menggunakan sepeda. Karena penasaran kok banyak banget
yang beli akhirnya saya pun ikut membeli 1 cup kopi panas dengan harga
Rp 3000,- walaupun tau kalau saya sebetulnya gak minum kopi karena
sering pusing kalau habis minum kopi. Saya pun memandangi sekeliling
saya dan cukup terkejut karena 90% orang yang ada di area taman tersebut
rata-rata memegang cup minuman kopi dengan berbagai varian rasanya.
Dari sinilah awal munculnya ide untuk menjual kopi. Saya pun mencoba
melakukan riset kecil-kecilan dengan melakukan survey di beberapa tempat
dan hasilnya menakjubkan. Pangsa pasar penikmat kopi di luar sana
sangat besar khususnya pasar kaki lima.
Analisis bisnis pun saya lakukan dengan menghitung
perkiraan modal, potensi penjualan perhari dan sebagainya. Akhirnya saya
pun membulatkan tekad untuk buka usaha minuman kopi juga. Awalnya
kepikiran untuk menjual kopi sepedaan tapi dikemas dengan konsep yang
lebih higienis, profesional dan dengan harga terjangkau. Tapi karena
jualan menggunakan sepeda kapasitas jualnya sangat sedikit akhirnya saya
pun mengganti konsepnya dengan menggunakan Kopi gerobakan tapi dengan
konsep gerobak yang berbeda dari yang lainnya. Resep, teknik penyajian
dan bahan baku yang digunakan pun saya buat berbeda berdasarkan
pengetahuan yang saya dapat selama ini dari teman-teman barista dan
coffee master yang saya kenal. Saya mencoba mengadopsi bahan baku dan
teknik penyajian minuman dari beberapa coffee shop ternama di Jakarta.
Jadi boleh dibilang saya memindahkan konsep coffee shop ke pasar kaki
lima. Tujuannya agar pasar kaki lima pun bisa menikmati kopi yang enak
dan higienis tapi dengan harga terjangkau (di level Rp. 5000 sd 7000 per
cup). Maka terciptalah usaha kecil yang bernama “Kopi Juleha”. Kenapa
saya memilih nama “Juleha” karena beberapa pertimbangan yaitu
menyesuaikan dengan target pasarnya yang kaki lima, mencari nama yang
terkesan seksi, gampang dilafalkan dan mudah untuk diingat.
2. Bisakah digambarkan bagaimana kegiatan sehari-hari di kopi Juleha?
Kegiatan saya sehari-hari di Kopi Juleha adalah mulai dengan mempersiapkan bahan baku yang akan digunakan, meracik bahan baku, mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan dipastikan dalam kondisi bersih dan higienis. Kami pun biasanya berjualan di atas jam 5 sore sampai dengan jam 11 atau jam 12 malam. Pada saat selesai berjualan, peralatan dan perlengkapan biasanya kami bersihkan untuk kami pakai lagi keesokan harinya. Hasil penjualan pun kami coba bukukan per hari. Menu minuman yang kami jual saat ini ada beberapa varian yaitu Kopi Tarik, Teh Tarik dan Cokelat Tarik Juleha. Sehari-harinya pun kami berkoordinasi dengan para supplier untuk ketersediaan bahan baku dan yang lainnya. Saya pun saat ini akhirnya fokus diusaha ini dan meninggalkan aktivitas saya sebagai karyawan perusahaan.
Kegiatan saya sehari-hari di Kopi Juleha adalah mulai dengan mempersiapkan bahan baku yang akan digunakan, meracik bahan baku, mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan dipastikan dalam kondisi bersih dan higienis. Kami pun biasanya berjualan di atas jam 5 sore sampai dengan jam 11 atau jam 12 malam. Pada saat selesai berjualan, peralatan dan perlengkapan biasanya kami bersihkan untuk kami pakai lagi keesokan harinya. Hasil penjualan pun kami coba bukukan per hari. Menu minuman yang kami jual saat ini ada beberapa varian yaitu Kopi Tarik, Teh Tarik dan Cokelat Tarik Juleha. Sehari-harinya pun kami berkoordinasi dengan para supplier untuk ketersediaan bahan baku dan yang lainnya. Saya pun saat ini akhirnya fokus diusaha ini dan meninggalkan aktivitas saya sebagai karyawan perusahaan.
3. Berapakah teman-teman yang bekerja untuk Kopi Juleha?
Ada 3 orang, semuanya mantan anak Coffee Master Jakarta.
Ada 3 orang, semuanya mantan anak Coffee Master Jakarta.
4. Apa yang biasa dilakukan untuk memperoleh ide kreatif di sela-sela kesibukan?
Yang biasa saya lakukan adalah mengusahakan untuk selalu bangun pagi, keluar rumah untuk melihat dunia luar, menjalankan ajaran agama (sholat, sedekah, selalu berusaha berbuat baik kepada sesama dan sebagainya), selalu meminta restu dari orang tua utamanya Ibu dalam melakukan apapun. Semua hal di atas yang bisa membuat pikiran kita terbuka dan terciptalah ide-ide kreatif.
Yang biasa saya lakukan adalah mengusahakan untuk selalu bangun pagi, keluar rumah untuk melihat dunia luar, menjalankan ajaran agama (sholat, sedekah, selalu berusaha berbuat baik kepada sesama dan sebagainya), selalu meminta restu dari orang tua utamanya Ibu dalam melakukan apapun. Semua hal di atas yang bisa membuat pikiran kita terbuka dan terciptalah ide-ide kreatif.
5. Apa yang mendorong untuk menekuni dunia kuliner?
Saya dibesarkan pada kehidupan yang memang sudah dekat dengan dunia kuliner. Eyang saya mantan koki, Ibu saya yang single parent dulunya memang usaha warung/kantin/catering.
Saya dibesarkan pada kehidupan yang memang sudah dekat dengan dunia kuliner. Eyang saya mantan koki, Ibu saya yang single parent dulunya memang usaha warung/kantin/catering.
6. Menurut Anda, apakah itu entrepreneur?
Menurut saya enterpreneur itu adalah orang memiliki keberanian bertindak untuk menciptakan lapangan kerja baru, keluar dari zona nyaman, berani menghadapi risiko, menjalankan usaha dengan berorientasi pada keberhasilan/keuntungan tapi dengan tetap mematuhi aturan-aturan atau kaidah yang ada.
Menurut saya enterpreneur itu adalah orang memiliki keberanian bertindak untuk menciptakan lapangan kerja baru, keluar dari zona nyaman, berani menghadapi risiko, menjalankan usaha dengan berorientasi pada keberhasilan/keuntungan tapi dengan tetap mematuhi aturan-aturan atau kaidah yang ada.
7. Menurut Anda, bagaimana Kopi Juleha dalam 5 tahun ke depan?
Dengan modal konsep usaha yang berbeda, kreativitas, motivasi dan modal network relationship yang saya miliki saat ini, saya yakin bisa mengembangkan usaha saya ini ke arah konsep Waralaba dengan target outlet yang cukup besar (target 500 outlet).
Dengan modal konsep usaha yang berbeda, kreativitas, motivasi dan modal network relationship yang saya miliki saat ini, saya yakin bisa mengembangkan usaha saya ini ke arah konsep Waralaba dengan target outlet yang cukup besar (target 500 outlet).
Sribudiawan dengan Kopi Juleha-nya ini juga tak hanya ingin mencetak
lebih banyak lapangan pekerjaan untuk sesamanya tetapi juga berniat
membantu anak yatim dan anak usia sekolah yang tidak mampu meneruskan
pendidikan karena berbagai alasan. Sebagian penerimaan dari penjualan
kopi per cangkir akan disumbangkan kepada anak-anak yang kurang
beruntung tersebut.
Sumber : wirasmada.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar