Sabar sepertinya menjadi salah satu kunci
dalam menggapai kesuksesan di dunia bisnis. Hal itu dibuktikan oleh
Sweeta Bob Gurbani yang dengan tekun menjalankan usahanya, kendati
beberapa cobaan menghampirinya.
Perempuan asal India ini memang harus
terjun di dunia bisnis di usia 17 tahun. Di usia itu, ia sudah menikah
dengan sang suami. Tak ingin berdiam diri, Sweeta pun ikut membantu
usaha suaminya yang memiliki usaha tekstil yang kala itu cukup terkenal
yaitu Kisstex Taylor.
“Di taylor suami, banyak artis yang membuat pakaian, karena kami memang menjaga kualitas,” ujarnya mengenang.
Namun, bukan berarti ia juga tak ingin
hanya mengikuti jejak kesuksesan suami. Sweeta berniat mandiri dan
membuka usaha baru. Setelah dua tahun belajar dari perusahaan taylornya,
di tahun 1976 ia membuka butik. Ketika itu, ia menjadi salah satu
pelopor butik di Kota Kembang.
“Barangnya saya dapatkan dari Singapore dan Hongkong,” jelasnya.
Waktu itu, Kings jadi tempat ia membuka
usahanya. Sweets Boutique yang dikelolanya cukup punya nama. Terbukti,
banyak artis terkenal pada masa itu yang berbelanja di butiknya. Sayang,
usaha butik harus ia hentikan di tahun 1978. Alasannya, barang dari
China sudah banyak masuk.
“Banyak tempat yang menjual berbagai produk dari China yang harganya jauh lebih murah,” tambah ibu tiga anak ini.
Tetapi, ia tak perlu larut dalam
bisnisnya yang harus berhenti. Ia kembali membuka usaha baru. Kali ini,
gift seperti kartu ucapan selamat dan berbagai aksesoris hadiah jadi
pilihannya. Selain itu ia juga menyediakan sepatu, parfum, tas serta
produk lainnya. Saat itu juga ia mulai merintis usaha di bidang poster.
Hingga tahun 1989, bencana menimpa
bisnisnya. Ketika itu, Sweeta baru pindah lokasi usahanya, walaupun
masih sama di Kings. Namun, kondisi itu membuatnya belum sempat untuk
mengasuransikan tempat usahanya. Dan di tanggal 17 Agustus 1989, Kings
pun ludes dilalap si jago merah. Semua barang dagangan miliknya pun
hilang tak bersisa.
“Tentu saja sangat sedih, saya merintis
usaha itu dari nol, namun setelah semua orang mengenalnya, malah habis
tak bersisa,” kenangnya.
Ia pun sempat terpukul dan kebingungan
untuk memilih usaha baru. Hingga di bulan Oktober 1989, ia ditawari
membuka toko di jalan Braga. Saat itu ia mulai fokus dengan usaha poster
dan gift serta kartu. Ia kembali menggunakan nama Black Cat sebagai
brand usahanya.
“Saya menjadi agen untuk beberapa produk dari berbagai negara seperti Swedia, Holland, Jepang dan California,” jelasnya.
Hingga di tahun 2000, ia merasa jalan
Braga sudah tak tepat sasaran. Karena fungsinya sudah berubah dengan
banyaknya tempat hiburan malam. Ia pun memutuskan untuk meneruskan Black
Cat di rumahnya di bilangan Hegar Manah. Selain itu, ia pun sengaja
mengirim tiga anaknya ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah sekaligus
membuka cabang di Ibu Kota.
Sweeta pun cukup disibukkan dengan
jadwalnya yang harus bolak-balik Bandung – Jakarta untuk mengurus dua
tempat usahanya. Rupanya, kesabaran memang bisa memberikan hasil
maksimal jika terus menekuninya. Bahkan kini ia memindahkan kembali
lokasi usahanya ke tempat yang lebih strategis di bilangan Setia Budhi.
“Selain harus fokus dan sabar, kami juga
tak pernah menganggap konsumen sebagai orang lain, tapi jadikanlah
mereka sebagai sahabat, sehingga mereka bisa lebih percaya,” tambah
perempuan yang menguasai lima bahasa ini.
Bahkan, ia dan suaminya pun bisa membuat bisnis yang lain karena telah menciptakan frame poster tanpa sambungan
yang sudah menjadi trademark dari Black Cat.
Sumber : pojokniaga.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar