Sukses Kacang Mete

Lokasi usaha yang menyatu dengan rumah di tengah perkampungan di Desa Trawean, Kecamatan Labakan, Kabupaten Pangkep, tak mudah ditemukan. Padahal dari rumah tradisional berbentuk panggung, Bunain menggeluti usaha kacang mete yang dirintisnya sejak tahun 1994.

Awalnya, saya hanya melihat tanaman mete tak banyak dimanfaatkan. Padahal mete dari Pangkep sudah terkenal ukurannya yang besar dan rasanya yang gurih benar setelah diolah, cerita ayah tiga anak ini. Karena keterbatasan modal, Bunain hanya bertindak sebagai pengumpul biji mete utuh, yang dibelinya dari petani.

Terdorong keinginan mengembangkan usaha, Bunain beralih ke usaha kacang mete kupas karena harganya yang lebih mahal. Bersamaan dengan itu, tahun 2001 PT Semen Tonasa memberikan pinjaman modal sebesar Rp 5 juta, yang kemudian dijadikan modal usaha. Berturut-turut pinjaman kedua sebesar Rp 10 juta dan pijaman ketiga tahun 2010 Rp 50 juta diterimanya, untuk kemudian digunakan sebagai modal usaha.

Kini usaha kacang mete kupas Bunain telah berkembang dan menyerap tenaga kerja hingga 100 orang. Sebagian besar adalah warga di Desa Trawean, yang masing-masing dibayar secara borongan Rp 2.500 per kilogram kacang mete kupas. Rata-rata dalam sehari setiap pekerja bisa mengupas kacang mete hingga 7 kilogram, sehingga rerata upah yang diterima sebesar Rp 17.500.

Kacang mete kupas dipasarkan dalam bentuk mentah, hingga ke Makassar dan bahkan Surabaya. Setiap bulan jumlah kacang mete kupas mentah yang dikirim mencapai 2-3 ton, dengan harga Rp 75.000 per kilogram. Kocek Bunain semakin tebal karena kulit kupasan kacang mete juga masih bisa dijual ke PT Semen Tonasa untuk dijadikan bahan bakar alternatif, dengan harga Rp 200 per kilogram.

Toh semua itu tak serta merta membuat Bunain terlena. Lelaki sederhana ini masih memiliki impian yang lebih besar lagi. Katanya, Ingin kacang mete kupas ini dijual dalam bentuk olahan, dengan merek sendiri. Seperti yang ada di toko-toko.

 

Sumber : csrsemengresik.com