Minggu, 21 Oktober 2012

Pengusaha Ubi Ungu

Mulailah usaha selagi masih kuliah. Tentu, ajakan ini tak mudah diterima oleh mereka yang memiliki kemudahan di banyak hal. Karena merak tak pernah merasakan paceklik. Apa yang diinginkan, sudah disediakan orang tua.

Gara-gara uang kiriman sering tersendat, ketika masih kuliah di IAIN Sunan Kalijaga, Muhammad Luthfi Yuniarto (39) harus pontang panting mencari uang. Di pilihnya sektor kerajinan. Pertimbangannya, modal ringan, prospek pasar saat itu bagus. Tahun 1996, Luthfi menjadi perajin bubut kayu.

Perlahan, usahanya berkembang. Menembus beberapa supermarket besar. Sayang, di tengah usaha yang sedang mekar, 1998 terjadi kerusuhan besar di Solo. Beberapa supermarket di Solo dibakar massa ketika terjadi demonstrasi reformasi.

Padahal, sebagian besar dgangan Luthfi beredar dipusat-pusat perbelanjaan Solo. “Kerugian lumayan besar, karena hampir semua produk saya konsentrasikan di Solo, ung ungkap Lutfi.

Peristiwa itu nyaris membuat pria asli Cepu ini fristaso/ Imtimg;aj. Rasa tanggung jawab menafkahi keluarga membuatnya bangkit lagi. Suami dari Almuna Fasah Asyarifah (Ifah), bangkit dan kembali memilih barang kerajinan.

Dia memproduksi kain tenun ATM dipadu batik. Inovasinya itu menarik konsumen. Order semakin membanjir di rumahnya, Bedukan Pleret Bantul.

Lagi-lagi nasib berkata lain. Saat usahanya sedang tumbuh, gempa besar menghantam Bantul, mei 2006. Usahanya berantakan. Aset dan alat-alat produknya hancur. Musibah besar itu tak lantas membuatnya patang semangat. Apapun yang terjadi, roda perekonomian keluarga harus jalan. Setelah melakukan sederetan pengamatan pasar, diputuskan alih haluan. Bisnis kuliner, membuat cake dan brownies. Ternyata Lutfi memang bertangan dingin, buktinya sejak tahun 2007 buka usaha sebagai bentuk aksi bangkit pasca gempa. Kini usahanya berkembang pesat.

“Istri saya paling rajin mengumpulkan resep. Mungkin ada ribuan resep makanan yang disimpannya. Nah, untuk memulai usaha kuliner kita buka semua resep itu. Dan kita temukan beberapa yang bisa dicobakan. Jadilah kita bermain di roti basah untuk harian dan roti kering ketika menjelang Idul Fitri,” ungkap Lutfi yang ditemani Ifah.

Apalagisetelah menemukan formula bernama “egg roll” ubi ungu 6 bulan silam. Cemilan ini lantas menjadi produk andalan mereka yang dibereri brand Shasa.

Proses penemuan resep tersebut melalui serangkaian ujicoba. Butuh waktu selama seminggu dan biaya tidak sedikut untuk mendapatkan resep istimewa ini. Kalau egg roll yang biasa disebut roti semprong itu pada umumnya berbahan terigu dan tepung sagu. Tapi Lutfi dan Ifah menggunakan ubi ungu. Jadi, warnanya juga berbeda.

Roti semprong buatan Luthfi dominan rasa ubi ungunya. Demikian pula tekstur ubi, sangat terlihat. Sehingga cemilan ini mengandung banyak nutrisi dan baik untuk kesehatan.

“Ada ide, bikin makanan khas Yogya yang belum ada di pasaran. Kami mencoba dengan ubi ungu. Ternyata, membuat semprong dari ubi ungu sangat sulit. Formulanya baru ketemu setelah seminggu penuh melakukan eksperimen,” katanya. Untuk meyakinkan kalau egg roll ubi ungu ini murni kreasi mereka, Luthfi pernah menjelajahi dunia maya. Mencari egg roll ubi ungu. Ternyata belum ada datanya.

Setelah yakin itu murni inovasinya, lalu mereka berani mempublikasikan dan memproduksi secara besar-besaran. Kini dengan dibantu oleh 14 orang karyawan setiap harinya, mereka mampu memproduksi sebanyak 300 pack “egg roll” ubi ungu dengan omset setiap bulannya Rp. 80 juta.

“Meskipun pasaran sudah mapan, tapi kami tidak meninggalkan roti basah dan roti kering. Setiap kali ada pesanan, kami siap melayani. Dan ternyata permintaan pesanan roti semacam itu tetap saja ada,” ungkap Ifah yang menjadi koki utama dlaam pembuatan adonan egg roll ubi ungu.

Meskipun produk egg roll ubi ungu baru melangkah enam bulan, tetapi permintaan pasar begitu besar. Meskipun tidak melakukan cara pemasaran yang canggih, hanya melalui dari mulut ke mulut (gethok tular) ternyata egg roll ubi ungu mampu menembus pasar hingga beberapa kota besar di Jawa, seperti Jakarta, bandung, Bogor, Surabaya, Solo, Purwokerto bahkan sampai ke Lombok, Bontang, Samarinda dan Bali.

Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin besar, dibutuhkan ubi ungu yang lebih banyak lagi. Padahal, ubi ungu termausk umbiang langka dan tidak di setiap tempat bisa tumbuh dengan baik. Maka untuk memenuhi kebutuhan ubi ungu, Lutfi mengaku sudah melakukan upaya kerjasama dengan beberapa petani di Bantul melalui dinas pertanian.

Selama ini pasokan ubi ungu didatangkan dari Tawangmangu. Tapi itu masih terasa kurang bahkan untuk mendapatkan ubi ungu, Lutfi pun melakukan hunting ke pasar ketela di Karangkajen.

Soal reesep istimewanya itu, Lutfi mengaku tidak dijadikan rahasia perusahaan. Sebab untuk membuat adonan yang dilakukan oleh Ifah istrinya, boleh dilihat dan bahkan beberapa karyawannya sudah bisa melakukannya. Menurutnya dengan memberikan resep secara terbuka artinya merupakan bagian dari upaya pencerdasan dan membuka peluang lahirnya pelaku usaha baru.

Hebatnya Khasiat Ubi Ungu

Khasiat ubi ungu, sangat luar biasa, ternyata. Meski jenis makanan ini terkesan kampungan, manfaat yang dikandungnya melebihi makanan modern yang ada di perkotaan.

Pigmen warna ungu pada ubi ungu bermanfaat sebagai antioksidan. Bisa menyerap polusi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan menghambat penggumpalan sel-sel darah. Ubi ungu juga mengandung serat pangan alami yang tinggi, prebiotik, kadar Glycemic Index rendah, dan oligosakarida.

Selain itu, ubi ungu mengandung lisin, Cu, Mg, K, Zn rata-rata 20%. Dia juga merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi. Ditambah dengan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain vitamin A, vitamin C, vitamin B1, dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubi jalar diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (p), dan kalsium (Ca).

Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu. Total kandungan antosiasin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara 20 mg/ 100 g sampai 600 mg/100 g berat

Sumber: id.shvoong.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar