Selasa, 04 Desember 2012

Bisnis Olahraga Futsal


Maraknya olahraga futsal di kota-kota besar membuat banyak orang mulai melihat peluang bisnis olahraga futsal. Mereka berlomba-lomba menyediakan tempat futsal beserta pernak pernik lainnya. Kejelian itu juga dialami langsung oleh Vivin C Sungkono, seorang mantan pebasket putri nasional di era tahun 90-an. Ia pun langsung membidik usaha karpet lapangan futsal berbahan plastik. Atau dalam istilah asingnya adalah bisnis di bidang interlock tiles flooring.
Melalui bendera usaha Viva Dian Kencana, Vivin berhasil mengepakan sayap bisnisnya dengan mengembangkan 300 lapangan futsal dalam waktu empat tahun. Bahkan ia pun sudah merambah lapangan futsal sampai ke negeri jiran. “Perusahaan kami juga sudah memiliki sertifikat dari Badan Futsal Nasional (BFN),” katanya.
Vivin pun bercerita bagaimana awal mula ia mendirikan bisnis tersebut. Ia memperkirakan memulainya di tahun 2007 dari sebuah ketidak sengajaan. Suatu saat, seorang kliennya menanyakan produk rumput sintetis untuk lapangan futsal. Kala itu ia sedang menjalankan usaha sebagai kontraktor dan distributor besi plus bahan material lainnya di Surabaya.
Meskipun sebenarnya tak begitu mengenal dunia futsal, termasuk pembuatan lapangannya, Vivin menjawab bahwa ia memiliki produk tersebut. “Ya, namanya juga pedagang. Bilang ada dulu, nanti baru dicari. Pokoknya, harus ada,” ujar Vivin disertai gelak tawa. Karena sudah menerima tantangan tersebut, Vivin langsung mencari supplier lapangan futsal sintetik. Dan setelah melalui beberapa penelusuran akhirnya ia menemukan suppliernya di Surabaya. Ia pun semakin sadar kalau bisnis futsal sedang meledak di Indonesia sehingga peluangnya cukup bagus dikembangkan di pasaran.
“Kebetulan saat itu hanya satu pemain yang menjalankan bisnis tersebut, dengan mengimpor barang dari Amerika Serikat dan menyewakannya ke pemilik lapangan futsal,” katanya.
Setelah berhasil memasok rumput sintetis, Vivin kemudian berpikir, apakah rumput sintetis itu bisa dibuat di Indonesia? Ia pun lantas melakukan riset ke China dan AS.  Dan ternyata kesimpulannya bisa dibuat di Indonesia.
Ia pun lantas mencoba membuat karpet interlock kepada seorang koleganya yang berbisnis di industri plastik. Ia juga memberanikan diri memberikan cetakan desain interlock yang dipesannya dari Cina ke mitranya tersebut. “Ternyata setelah saya hitung-hitung, masih menguntungkan buat saya,” ujarnya. Mulanya Vivin belum berani melakukan investasi besar. Baru dua tahun belakangan ini ia mulai berani berinvestasi cukup besar, dengan membeli mesin-mesin produksi sendiri. Nilainya sekitar Rp 1 miliar. Dana sebesar itu belum termasuk untuk membeli lahan bagi pabriknya yang saat ini hanya ada di Surabaya.Dana tersebut didapatnya dari tabungannya sendiri, bukan dana dari hasil bisnis konstruksinya.
Diakuinya, saat itu sangat sulit menjual produk interlockdi Surabaya. Pasalnya, pemilik lapangan lebih mengenal penggunaan rumput sintetis. Adapun interlock berbahan dasar plastik. Melihat situasi ini, ia memutuskan menjual produk interlock di Jakarta. Ia berkeyakinan, apabila Jakarta sudah melakukan sesuatu, daerah lain akan lebih percaya dan cenderung mengikuti. Akhirnya,ia memindahkan bisnis karpet futsal ini dari Surabaya ke Jakarta.
Vivin juga berusaha melobi organisasi olahraga terkaitdan mengampanyekan penggunaan produk interlock untuk lapangan futsal. Benar saja, dengan bergabung di BFN, ia banyak memperoleh bantuan dalam mewujudkan gagasannya tersebut. Bahkan, BFN mengizinkannya menyediakan interlock untuk penyelenggaraan ajang Liga Pro Futsal, yang saat itu baru dimulai.
Dari situ, produk interlock semakin dikenal secara luas. Bahkan, kampanye Vivin dan BFN mengenai olahraga futsal yang benar pun semakin menjadi kenyataan. BFN juga membantu Vivin, terutama dalam hal mengampanyekan penggunaan bahan interlock sebagai standar internasional lapangan futsal. Vivin pun memakai beberapa pemain futsal nasional yang memang sudah ia kenal sebelumnya untuk membantu mempromosikan produknya.
Jerih payah Vivin berbuah manis. Saat ini, produk interlock dari V-Sport sudah menyebar ke beberapa daerah. Kebanyakan memang di Pulau Jawa. Namun, beberapa daerah di pulau-pulau lain pun saat ini sudah dirambahnya, seperti Kalimantan, Sumatera, Bali dan Sulawesi. Hasilnya, penjualanV-Sport terus meningkat beberapa tahun belakangan ini. Bahkan, Vivin mengklaim, pada 2011-12, pertumbuhan bisnisV-Sport mencapai 100%. Menurutnya, penjualan produk interlock sangat bergantung pada penyelenggaraan ajang futsal nasional seperti Liga Pro Futsal atau SEA Games, juga momen tertentu seperti Lebaran.
Red Soccer di Tambun Bekasi telah menjadi pengguna produk V-Sport sejak 2009 atau sejak awal menekuni bisnis futsal. Menurut Mecry, pengelola lapangan futsal Red Soccer, pihaknya memilih V-Sport karena harga dan kualitas yang ditawarkan kompetitif. Tak mengherankan, ia berencana membangun lapangan dengan bahan interlock dari Vivin lagi.
Sumber : jpmi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar