Tak hanya nikmat, mengudap sup buntut juga menyegarkan. Tak heran,
bila menu ini terbilang cukup favorit. Lantaran banyak penggemar, bisnis
sup buntut pun juga mendatangkan untung lumayan. Makanya, banyak yang
mengadu nasib di bisnis sup buntut ini. Salah satunya adalah Eddus
Damanhuri yang mengusung brand Sup Buntut Bang Hadji di kawasan Puncak,
Bogor, Jawa Barat.
Usaha yang berdiri tahun 2010 ini mulai menawarkan kemitraan di tahun
2012 ini. Saat ini, cabang Sup Buntut Bang Hadji sudah ada tiga.
Rinciannya dua milik mitra dan satu milik sendiri. “Sebelumnya kami
pernah punya enam cabang,” kata Eddus.
Namun, beberapa pecah kongsi sehingga ada yang tutup. Pemicunya, kata
Eddus, mitra yang pecah kongsi itu tidak mau membeli bumbu darinya.
Alhasil, karena rasanya beda dengan racikan bumbunya, pelanggannya terus
berkurang. “Sehingga akhirnya tutup,” ujar Eddus.
Eddus mengklaim, keunggulan sup buntut ada pada racikan bumbu.
Kendati kaya rempah, tampilan kuah sup buntut Eddus tetap bening. Menu
andalan lain adalah kambing guling. Menu kambing guling ini disajikan
sudah dalam bentuk porsi, bukan utuh satu ekor. Ada juga menu iga bakar
bumbu barbeque. “Tiga menu itu unggulan kami,” klaim pria berdarah
Minangkabau ini.
Di luar itu, masih banyak menu lain, seperti sup iga, sup daging,
gurame goreng, dan gurame bakar. Harga menu-menu ini dibanderol mulai Rp
10.000-Rp 52.000 per porsi. Untuk minuman, tersedia beberapa pilihan,
seperti jus tomat jambu madu, stroberi milkshake, stroberi leci, es
kopyor susu. Harganya Rp 18.000-Rp 25.000 per gelas.
Dalam kemitraan ini, Eddus menawarkan paket investasi Rp 144 juta.
Investasi ini mengusung konsep restoran dengan luas tempat 135 meter
persegi. “Tempat itu bisa menampung 54 kursi,” katanya. Kemitraan ini
tidak memungut franchise fee dan royalti fee. Investasi itu diantaranya
dipakai buat konsultasi fee senilai Rp 16 juta.
Selebihnya, digunakan untuk membeli peralatan mitra senilai Rp 70
juta. Mitra akan mendapat peralatan lengkap, termasuk kulkas, freezer,
dan meja kursi. Lalu pembelian bahan baku awal senilai Rp 20 juta,
renovasi tempat Rp 18 juta, serta baneer dan neonbox senilai Rp 14 juta.
Estimasi omzet mitra Rp 2 juta sehari atau Rp 60 juta per bulan. Dengan
laba 23%, mitra bisa balik modal 11 bulan.
Pengamat waralaba dari Sarosa Consulting, Pietra Sarosa menilai,
tawaran kemitraan Sup Buntut Bang Haji cukup menjanjikan peluang.
Soalnya, menu yang ditawarkan merupakan makanan khas Indonesia yang
masih banyak peminatnya. “Asal enak pasti ramai,” ujar Pietra.
Namun, ia mengingatkan, mitra perlu mempertimbangkan lokasi dan
biaya. Jika ingin mengejar omzet seperti dijanjikan, lokasi yang dipilih
harus bagus dan strategis.
Sumber : jpmi.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar