Kamis, 11 Oktober 2012

Kerajinan Perak Omzet Meningkat

Sebagai daerah tujuan wisata, Bali adalah pasar yang menjanjikan bagi aneka produk kerajinan. Para wisatawan yang datang ke Pulau Dewata selalu ingin membawa oleh-oleh kerajinan yang khas dan unik dari Bali.

Ni Nyoman Mustiari (42) adalah salah satu pedagang asesoris dan kerajinan dari perak  yang berasal dari Desa Celuk, Sukawati, Gianyar, Bali. Di desa ini sebagian masyarakatnya menggantungkan kehidupannya dari usaha pembuatan kerajinan perak, dan sepanjang desa berderet pedagang atau toko-toko perhiasan dari perak yang menawarkan aneka asesoris dan perhiasan perak khas Bali.
Mereka menjual aneka perhiasan,  seperti anting-anting, cincin, gelang, kalung, liontin, dan bros, juga berbagai peralatan makan dari bahan perak seperti sendok, garpu, piring, bokor, cangkir, gelas, dan aneka kerajinan lainnya.  

Menurut Nyoman, pengelola toko kerajinan dan perhiasan perak ‘Lolo’ yang dibuka tahun 1993 kepada majalah Wirausaha dan Keuangan yang menemuinya mengaku,  semula usaha yang dikelolanya hanyalah usaha kecil yang hanya menjual beberapa jenis perhiasan. Jumlahnya, lanjut Nyoman, saat itu masih sangat terbatas karena modalnya juga terbatas.

Namun seiring dengan perkembangan dan kemajuan pariwisata Bali, artshop “Lolo’ kian berkembang. Ragam perhiasan yang dijual juga semakin banyak dan beragam. Produk-produk yang banyak diminati msyarakat, baik turis lokal maupun mancanegara, seperti cincin atau liontin dari bahan perak dipatok dengan harga Rp100ribu hingga Rp140ribu. Namun untuk produk-produk tertentu yang diberi kombinasi dengan bahan emas atau mutiara harganya bisa mencapai harga jutaan rupiah per itemnya.

Seiring dengan meningkatnya usaha, omzet usaha Nyoman kian bertambah. Dalam sebulan omzet toko perhiasan perak yang dikelolanya bisa mencapai Rp70juta hingga Rp100juta, namun di musim liburan omzetnya bisa meningkat hingga Rp150juta per bulan.

Sebagai pengusaha toko perhiasan dari perak, Nyoman memiliki kiat agar usahanya berkembang. Pertama, lanjut Nyoman, perhiasan yang diproduksi harus memiliki disain yang unik dan menarik. Disain yang unik dan menarik, menurut Nyoman lebih cepat laku. Jika produk cepat laku, maka perputaran uang dan modal juga lebih cepat.

Biasanya, lanjut Nyoman, beberapa disain perhiasan seperti liontin, cincin, atau giwang ada tren disain tertentu dalam masa tertentu. Pada saat tren terjadi itulah pemilik toko perhiasan harus menyediakan produk-produk yang diinginkan oleh pelanggan.

Untuk melihat tren perhiasan perak yang terjadi, Nyoman kadang khusus menyempatkan membeli majalah yang banyak mengulas tren disain perhiasan perak dari beberapa negara.

Membuka Akses Pasar
Saat diajak Bank BRI Cabang Denpasar untuk mengikuti pameran
International Handicraft Trade Fair (Inacraf) ke-13 beberapa waktu lalu di Jakarta Convention Centre, Nyoman menyadari bahwa peluang pasar kerajinan dan perhiasan perak sangat besar potensinya.

“Kami diajak Bank BRI Cabang Denpasar mengikuti pameran di Jakarta. Luar biasa. Saya senang karena banyak permintaan dan pesanan order yang kami peroleh dari acara ini. Ini adalah pengalaman saya mengikuti sebuah pameran perhiasan di jakarta,” ujar Nyoman.

Nyoman adalah nasabah Bank BRI Denpasar sejak dua tahun lalu. Ketika itu untuk mengembangkan usaha toko perhiasan perak lebih besar Nyoman mengajukan pinjaman sebesar Rp100juta ke Bank BRI Cabang Denpasar. Toko perhiasan perak miliknya juga menjadi mitra binaan. Berbagai dukungan dan bantuan diberikan Bank BRI Cabang Denpasar kepadanya. Salah satu bantuan dan dukungan itu adalah ia diajak untuk turut serta ikut serta di pameran kerajinan di Jakarta atas dukungan biaya dari Bank BRI.

Sumber : profil-sukses.wirausahanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar