Sebagai daerah tujuan wisata, Bali
adalah pasar yang menjanjikan bagi aneka produk kerajinan. Para
wisatawan yang datang ke Pulau Dewata selalu ingin membawa oleh-oleh
kerajinan yang khas dan unik dari Bali.
Ni Nyoman Mustiari (42) adalah salah
satu pedagang asesoris dan kerajinan dari perak yang berasal dari Desa
Celuk, Sukawati, Gianyar, Bali. Di desa ini sebagian masyarakatnya
menggantungkan kehidupannya dari usaha pembuatan kerajinan perak, dan
sepanjang desa berderet pedagang atau toko-toko perhiasan dari perak
yang menawarkan aneka asesoris dan perhiasan perak khas Bali.
Mereka menjual aneka perhiasan, seperti
anting-anting, cincin, gelang, kalung, liontin, dan bros, juga berbagai
peralatan makan dari bahan perak seperti sendok, garpu, piring, bokor,
cangkir, gelas, dan aneka kerajinan lainnya.
Menurut Nyoman, pengelola toko kerajinan
dan perhiasan perak ‘Lolo’ yang dibuka tahun 1993 kepada majalah
Wirausaha dan Keuangan yang menemuinya mengaku, semula usaha yang
dikelolanya hanyalah usaha kecil yang hanya menjual beberapa jenis
perhiasan. Jumlahnya, lanjut Nyoman, saat itu masih sangat terbatas
karena modalnya juga terbatas.
Namun seiring dengan perkembangan dan
kemajuan pariwisata Bali, artshop “Lolo’ kian berkembang. Ragam
perhiasan yang dijual juga semakin banyak dan beragam. Produk-produk
yang banyak diminati msyarakat, baik turis lokal maupun mancanegara,
seperti cincin atau liontin dari bahan perak dipatok dengan harga
Rp100ribu hingga Rp140ribu. Namun untuk produk-produk tertentu yang
diberi kombinasi dengan bahan emas atau mutiara harganya bisa mencapai
harga jutaan rupiah per itemnya.
Seiring dengan meningkatnya usaha, omzet
usaha Nyoman kian bertambah. Dalam sebulan omzet toko perhiasan perak
yang dikelolanya bisa mencapai Rp70juta hingga Rp100juta, namun di musim
liburan omzetnya bisa meningkat hingga Rp150juta per bulan.
Sebagai pengusaha toko perhiasan dari
perak, Nyoman memiliki kiat agar usahanya berkembang. Pertama, lanjut
Nyoman, perhiasan yang diproduksi harus memiliki disain yang unik dan
menarik. Disain yang unik dan menarik, menurut Nyoman lebih cepat laku.
Jika produk cepat laku, maka perputaran uang dan modal juga lebih cepat.
Biasanya, lanjut Nyoman, beberapa disain
perhiasan seperti liontin, cincin, atau giwang ada tren disain tertentu
dalam masa tertentu. Pada saat tren terjadi itulah pemilik toko
perhiasan harus menyediakan produk-produk yang diinginkan oleh
pelanggan.
Untuk melihat tren perhiasan perak yang
terjadi, Nyoman kadang khusus menyempatkan membeli majalah yang banyak
mengulas tren disain perhiasan perak dari beberapa negara.
Membuka Akses Pasar
Saat diajak Bank BRI Cabang Denpasar untuk mengikuti pameran
International Handicraft Trade Fair (Inacraf) ke-13 beberapa waktu lalu di Jakarta Convention Centre, Nyoman menyadari bahwa peluang pasar kerajinan dan perhiasan perak sangat besar potensinya.
International Handicraft Trade Fair (Inacraf) ke-13 beberapa waktu lalu di Jakarta Convention Centre, Nyoman menyadari bahwa peluang pasar kerajinan dan perhiasan perak sangat besar potensinya.
“Kami diajak Bank BRI Cabang Denpasar
mengikuti pameran di Jakarta. Luar biasa. Saya senang karena banyak
permintaan dan pesanan order yang kami peroleh dari acara ini. Ini
adalah pengalaman saya mengikuti sebuah pameran perhiasan di jakarta,”
ujar Nyoman.
Nyoman adalah nasabah Bank BRI Denpasar
sejak dua tahun lalu. Ketika itu untuk mengembangkan usaha toko
perhiasan perak lebih besar Nyoman mengajukan pinjaman sebesar Rp100juta
ke Bank BRI Cabang Denpasar. Toko perhiasan perak miliknya juga menjadi
mitra binaan. Berbagai dukungan dan bantuan diberikan Bank BRI Cabang
Denpasar kepadanya. Salah satu bantuan dan dukungan itu adalah ia diajak
untuk turut serta ikut serta di pameran kerajinan di Jakarta atas
dukungan biaya dari Bank BRI.
Sumber : profil-sukses.wirausahanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar