Senin, 01 Oktober 2012

Paulus Indra Bermula dari Nasi Uduk


Paulus Indra adalah putra Bengkulu yang menjadi entrepreneur sukses dengan memiliki dua perusahaan besar  yakni PT Puri Tour dan PT Puri Intirasa. PT Puri Tour bergerak dibidang biro perjalanan wisata, sedangkan PT Puri Intirasa adalah perusahaan yang bergerak dibidang kuliner. Saat ini dibawah bendera Puri Intirasa, Indra telah memiliki restoran besar di Bali dan Jakarta. Biografi Paulus Indra ditulis dalam buku berjudul ’45 Kisah Bisnis Top Pilihan’ tulisan Ari Satriyo Wibowo dan di situs TokohIndonesia.com. Paulus menjabat sebagai Presiden Direktur (CEO) pada dua perusahaan yang ia dirikan tersebut. Pria kelahiran Bengkulu, 14 Oktober 1944 ini memulai kariernya dari bawah dan ia tidak mau coba-coba dalam berusaha. Menurutnya jika ingin sukses, harus bekerja dan berkarya secara totalitas. Pria dengan panggilan Indra ini sudah lebih dulu menjalankan usaha biro perjalanan wisatanya sebelum terjun di dunia bisnis kuliner.
“Saya harus mempersiapkannya sebaik mungkin. Saya tidak mau cuma buka sebentar lalu tutup. Saya mau restoran atau kafe yang saya buka bisa maju,” kata Paulus Indra seperti ditulis TokohIndonesia.Com.
Sebelum membuka usaha restorannya, Indra sempat berpikir restoran jenis apa yang akan didirikannya. Setelah lama berpikir dan mencari ide, akhirnya Indra dan istrinya, Lucy Iskandar memilih restoran yang menyajikan nasi uduk sebagai menu utama yang akan mereka jual di restorannya. Indra akhirnya memutuskan lokasi pendirian restorannya di kawasan perumahan Puri Kembangan, Jakarta Barat dan diberi nama Restoran Farini. Restoran tersebut berdiri pada tahun 1982. Nama Farini diambil dari nama ketiga anaknya yakni Mario Fajar (32), Marco Hari (29), dan Maria Dini (27).
Sebelumnya Indra dan isterinya sibuk melakukan survey harga-harga di pasar. Baginya, dunia restoran adalah dunia yang baru dan ia belum berpengalaman menjalani usaha tersebut. Ia dan istrinya harus bangun pagi-pagi untuk berbelanja berbagai kebutuhan di pasar. Saat itu, Isterinya merupakan chef utama yang mengawasi langsung dan memasak nasi uduk. Tidak hanya itu, keduanya juga aktif melayani konsumen yang mulai datang ke restoran barunya itu.
Indra memiliki trik sendiri agar restorannya ramai dikunjungi. Masih mengutip dari TokohIndonesia.Com, sebelum dibuka, Indra setiap hari menugaskan orang memasang spanduk yang berisi pengumuman, misalnya, tujuh hari lagi Restoran Farini dengan menu nasi uduk akan dibuka, enam hari lagi akan dibuka, lima hari lagi akan dibuka, dan seterusnya.
Karena publikasi yang cukup gencar dilakukan ditambah dengan cita rasa makanannya yang lezat, setiap hari Restoran Farini mengalami peningkatan jumlah pengunjung yang ingin mencoba nasi uduk sebagai menu utamanya. Bahkan,  ketika itu jalanan di sekitar Restoran Farini pernah sampai memacetkan lalu lintas karena banyaknya mobil yang parkir di depan restorannya.
Menurut tulisan TokohIndonesia.COm, omzet penjualan nasi uduk dari restoran milik Indra tersebut sebesar Rp 2,5 juta per hari dengan menghabiskan sekitar 17 hingga 18 dandang. Suatu jumlah yang sangat besar pada tahun itu.
Setelah tiga tahun mencoba dengan restoran nasi uduk, Indra pun mendapat semangat baru dan berani untuk melangkah lebih jauh lagi. Ia pun memutuskan membuka cabang di Denpasar, Bali. “Kali ini pilihan menu saya adalah seafood. Target pasar saya adalah turis-turis asing yang berkunjung ke Bali,” kata Indra.
Saat ini Indra memiliki tiga restoran sea food di Bali. Restoran yang pertama yakni Mini Seafood Legian, di Legian. Kedua, Kuta Seafood, dan yang ketiga Bali Seafood juga berada di Kuta.
Survey Sampai ke Wina
Setalah sukses dengan usahanya di Bali, Indra berpikir, megembangkan usahanya di Jakarta. Tempat ia memulai usaha restoran nasi uduk perdananya pada pertengahan tahun 1990-an. Menurut Indra, pendapatan perkapita penduduk Jakarta cukup tinggi, sekitar USD 10.000 per tahun. Selain itu ia menilai Jakarta dihuni banyak eksekutif muda yang sering bepergian ke luar negeri. Eksekutif muda tersebut memiliki gaya hidup yang tinggi, dan Indra pun terpikir menghadirkan kafe untuk segmen kelas eksekutif ini.
Ingin sekali merealisasikan gagasannya tersebut, Indra lalu mengirimi surat ke beberapa Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri sebagai survey awal. “Saya pun mengirim surat ke beberapa kedutaan asing yang terkenal dengan kafe-nya. Tapi Austria yang lebih cepat membalas surat saya,” kenang Indra.
Setelah itu, ia pun memutuskan berangkat ke Austria. Ia membawa timnya berangkat ke Wina untuk melakukan survey. “Kami bangun pagi langsung menuju ke kafe, kami pindah dari satu kafe ke kafe lain hingga malam hari. Berhari-hari kami mencoba mempelajari gaya hidup kafe-kafe di Wina, akhirnya kami pun mantap.” Kata Indra yang sangat ingin tahu sekali konsep sebuah kafe. Di Wina, Indra dan timnya menyinggahi sekitar 60 kafe.
Untuk memantapkan rencananya, Indra dan tim tidak hanya datang ke Wina satu kali, namun hingga tiga kali. Akhirnya pada 1997 Kafe Wien pun dibuka di Plaza Senayan. Di sini, para tamu yang datang selain dijamu dengan berbagai menu yang lezat, mereka pun dihibur dengan iringan musik klasik. Saat ini Kafe Wien merupakan kafe paling esklusif di Jakarta.
Indra menceritakan bahwa perbedaan kafe dan restoran salah satunya terletak pada jam buka. “Kalau Restoran kan biasanya buka pukul 11.00 sampai 15.00. Lalu tutup dan mulai buka lagi pukul 18.00 sampai dengan pukul 21.00 untuk makan malam. Sedangkan kafe bukanya dari pagi sampai malam. Kalau tadinya kafe hanya menyediakan menu coffee dan pastri serta sandwich, kini kafe mulai menawarkan makanan seperti steak dan lainnya,” beber Indra.
Menurut Indra, kafe sebenarnya tempat diskusi tokoh-tokoh politik, budayawan, bisnismen, dan masing-masing tokoh memiliki kafe langganan tersendiri di mana mereka biasa menghabiskan waktu senggangnya. Di kafe pada umumnya, pengunjung lebih santai dan tidak terlalu formal. Gaya menyantap makanan di kafe dibuat semudah mungkin dan tidak mengotori tangan. Sajiannya cepat dan lengkap. Waktu buka kafe lebih panjang dibandingkan restoran.
Indra terus mengembangkan bisnis restoran dan kafenya. Saat ini, ia memiliki 23 restoran dan kafe. Beberapa diantaranya yakni Toraja Kafe, Tator Café, Terminal Café, Mario’s Place, Grand Mario, Warung Podjok, Dermaga Food Court, Patio Café, Kedai Kambing, Si Manis Bakery dan Timebreak Café & Travel. 
Sumber : tintapena.com

1 komentar: