Pengusaha Beras Anggur

Sosok pria satu ini sangat sederhana. Saat ditemui bersama rombongan Koperasi Simpan Pinjam Sahabat UKM di tempat kerja nya, Desa Tugukan, Kecamatan Srenget, Kabu paten Blitar, Harjito berpenampilan khas orang desa.

Dengan mengenakan celana beggie cokelat dan kemeja lengan panjang hijau muda, pemilik penggilingan padi PP Raya Jaya ini tidak pernah melepas sebatang rokok filter yang terselip di sela-sela jari sembari sesekali meng isapnya dalam-dalam.

Ruangan kerjanya juga sangat sederhana, terdiri dari sebuah meja kerja yang berimpitan dengan dua kursi sofa lawas lengkap dengan sebuah meja tamu.

"Saya ini hanya buruh mesin, istri saya yang mengurusi semua pembukuannya, tetapi kami berdua ini memulai usaha ini dari awal," ujar Harjito yang malam itu ditemani oleh sang istri, Sumanti, yang hanya mengenakan stelan daster lengan pendek batik warna putih dan hitam.

Menguak kisah perjalanan usaha Harjito, sungguh memberi satu gambaran gamblang bahwa setiap manusia yang mau usaha dan bekerja keras pasti akan menikmati hasilnya juga.

Bagaimana tidak? Harjito yang sudah menggiling padi sejak 1985 ini kini tercatat sebagai pemasok terbesar stok beras Bulog kawasan Malang dan sekitarnya.

Sepanjang 2009, total gilingan beras yang berhasil dia produksi mencapai lebih dari 15.000 ton, dan penggilingan padi Raya Jaya rata-rata mencatat pendapatan kotor sebesar Rp1,5 miliar per bulan. Pendapatan yang sangat besar untuk sebuah penggilingan padi.

"Ini semua tidak lepas dari usaha kerja keras dan keuletan," Harjito menjawab pendek saat ditanya kiat suksesnya.

Kisah sukses Harjito bermula dari perjalanan hidup kedua orangtuanya yang memiliki usaha gilingan beras kecil-kecilan di desa tetangga, Tulis Griyo.

Kala itu kedua orangtuanya yang hidup sederhana hanya mampu menyekolahkan Harjito hingga pendidikan menengah jurusan mesin yang membawa anak sulung dari dua ber saudara itu bekerja sebagai buruh pabrik bumbu masak di Blitar.

Merasa pekerjaannya tidak sesuai dengan keinginan, dia sempat menganggur sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan usaha penggilingan beras milik orangtuanya, meski dia bangun di desa tetangga tepatnya Desa Tugukan, 18 km dari tempat tinggalnya.

Jarak tempuh yang cukup jauh antara rumah dan lokasi penggilingan padi memaksa Harjito sehari-hari pulang pergi kerja dengan mengayuh sepeda kumbang yang hingga kini masih dia gantung di gudang penyimpanan beras.

"Biar jadi kenangan saya dan anak cucu setiap harinya, juga buruh-buruh yang kerja di sini," pria kelahiran Ngawi itu bertutur lirih sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Perlahan tetapi pasti, usaha penggilingan padi miliknya berkembang sangat pesat. Jika dahulu semua urusan mesin, penggilingan, penjemuran, hingga pengemasan sendiri, kini dia dibantu oleh 15 orang karyawan.

Dulu Harjito hanya mampu memroduksi 3 ton beras dalam setahun, kini omzetnya bisa lebih dari 5.000 kali lipat. Modalnya yang ha nya Rp100.000 pada awal usaha 1985, kini berkembang mencapai miliaran rupiah.

Demikian juga luas tanah yang meliputi areal penggilingan, penjemuran, hingga gudang penyimpanan, mencapai total luas 3.856 meter persegi dari semula hanya tanah 200 meter persegi yang sanggup dia beli.

Kerja keras adalah kuncinya. Itu ditunjuk kan dengan etos kerja Harjito yang tidak luntur meski raganya sudah termakan usia.

Bapak satu anak ini juga pernah ditipu orang hingga membuat usahanya gulung tikar. Namun, berkat dukungan sang istri yang dinikahinya sejak 1980, Harjito kembali membangun usaha penggilingan padi hingga saat ini.

Apalagi berbekal kemampuan utak-atik mesin yang dia miliki sejak muda, Harjito mampu menggandakan mesin penggilingan padi hingga dapat meningkatkan kapasitas pro duk si beras yang bisa dipasarkan.

Merasa kapasitas produkisnya bisa men capai skala besar, pada 1987 dia mem berani kan diri melamar sebagai rekanan Bulog. Berun tung Harjito mendapat sambutan hangat.

"Tapi kami masih harus mencari sendiri gabah hingga ke kota-kota lain di Jawa Timur karena stok gabah selalu kurang," ujar Suman ti yang kini lebih berperan sebagai petugas administrasi PP Raya Jaya.

Untuk membuat usaha penggilingan beras yang dia miliki tetap berjalan, Harjito senantiasa mengandalkan KUD sebagai upaya mencari modal.

Seiring dengan berjalannya waktu, dia kini sudah dapat merasakan madu dari usaha kerja keras yang dilakukannya selama ini. Dalam keseharian, Harjito hanya mengawasi roda usaha yang sudah berjalan meski urusan mesin masih dia kerjakan sendiri.

Namun, sesekali dia menjadi mentor bagi pemuda-pemuda desa dan wirausahawan muda yang mau kerja keras agar bernasib seperti dirinya.

Ini semua dilakukan karena dia merasa semangat kerja keras yang dilakukan sejak muda belia hingga saat ini harus dia tularkan ke orang lain dan memberi manfaat positif bagi kehidupan mereka.

Niat ini dilirik Koperasi Simpan Pinjam Sahabat UKM cabang Blitar yang akhirnya menjadikan dia sebagai mentor sekaligus guru bagi calon wirausahawan lain di kota sekitar.

Sumber : ekasari-eka.blogspot.com