Es Krim merupakan minuman yang banyak digemari mulai dari anak-anak hingga ke orang dewasa. Tak Heran jika peluang bisnis es krim menjadi incaran banyak orang. Salah satunya adalah Mirza Akbar, dengan
label Yogya Ice Cream mengantarkannya menjadi salah satu pemenang Shell Livewire Business Start-up Awards (BSA) 2010. Meski bukan karena cerahnya peluang usaha es krim ini yang melandasi
ia terjun dalam bisnis ini. Ide berbisnis es krim muncul di benak Mirza
setelah mengikuti praktikum pengelolaan susu di kampusnya Jurusan Ilmu
dan Industri Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Keingingan dan minat berbisnis teknologi hasil peternakan
sebenarnya sudah ia miliki semenjak SMA. Keingingan tersebut makin kuat
karena kondisi terdesak sebagai anak kost. Uang saku dari orang tuanya
dirasa kurang, sehingga terpikir untuk merintis bisnis sendiri.
Meski tidak memiliki modal usaha, ia nekad
memberanikan diri untuk meminjam modal usaha pada ayahnya. Setelah itu
ia melobi pengurus Fakultas untuk memberikan pinjaman tempat di kampus
untuk memulai usahanya berjualan es krim dari olahan susu.
Es krim racikannya terdiri atas 90 persen susu, sisanya formula
pelembut dan beragam perasa. Kala itu ia hanya mampu mengolah 2 liter
susu sapi asli. Mirza mulai berjualan sejak April dua tahun lalu.
Selama dua pekan, dagangannya ludes. “Rasanya enak,” begitu kata
teman-temannya. Selain rasa, menurut Mirza, harga es krim dibanderol Rp
1.500 per cup itu dianggap murah.
Memasuki bulan kedua, kampus mulai sepi karena ujian dan libur.
Kondisi ini membuat es krim Mirza sepi pelanggan. Tapi ia tetap
bertahan. “Yang penting tidak merugi,” katanya. Mirza memprediksi
omzetnya bakal terkerek kembali setelah masa libur berakhir.
Prediksi itu meleset. Omzetnya tetap saja seret, meski tak rugi.
Mirza mengaku omzetnya Rp 400 ribu per bulan hanya cukup untuk makan
sehari-hari. Keadaan ini berlangsung selama enam bulan. “Saya harus
mengirit makan,” katanya.
Kesulitan ini membuatnya berencana menjual mesin pembuat es krim.
Ibunya, Sri Rahayu Ningsih, mendengar kepedihannya. Sempat terlontar
belas kasih ibunya, namun Mirza selalu ingat janji bahwa dia akan hidup
mandiri. Janjinya itu mampu mengalahkan rasa galaunya. “Kalau saya
menjual mesin, maka saya kalah,” katanya.
Ia putar otak bagaimana usahanya tak didikte waktu. Dia memberanikan
diri menghubungi pemilik resto yang tersohor, Yogya Chicken. Pilihan
kepada resto itu karena ramai sepanjang waktu. “Tak dipengaruhi liburan
atau cuaca,” ujarnya.
Tak butuh waktu lama bagi Mirza melobi si pemilik resto. Dia
diizinkan berjualan di gerai-gerai resto itu. Mulai saat itu, Mirza
menjual es krimnya dengan label Yogya Es Krim.
Keuangan Mirza membaik. Dia mulai merekrut Arum Dewi Suci, rekan
kuliahnya, dalam bisnis es krim. “Sebagai pengatur keuangan,” ujar Arum.
Tak puas atas satu resto, Mirza merambah ke resto Waroeng Steak &
Shake. Lagi-lagi Mirza beruntung, pemilik resto tak keberatan dengan
penawarannya.
Usaha Mirza terus berkembang. Selain di resto, Mirza memiliki gerai
di 10 kantin sekolah. “Cukup dengan menempatkan lemari pembeku,”
katanya. Sekolah-sekolah itu di antaranya SMA 1, SMA 3, dan SMA
Muhammadiyah 2, Yogyakarta.
Selain itu, Mirza menerima pesanan, tidak hanya konsumen, tapi juga
produsen katering. Ia memberi kemudahan dengan pola kemitraan, yakni
bisa memenuhi permintaan melabeli es krimnya sesuai dengan label si
pemesan. “Mereknya fleksibel,” katanya.
Kini 240 liter susu diolahnya saban hari. Es krim olahannya tersebar
di 15 cabang resto Yogya Chicken dan 5 cabang Waroeng Steak & Shake.
Ia luwes membagi keuntungan. Setiap es krim yang laku dipotong Rp 100
untuk karyawan di resto-resto itu.
Ia pun tak kerja sendirian lagi. Ada tiga karyawan yang
dipekerjakannya untuk memproduksi dan mendistribusikan. Omzetnya
mencapai Rp 80 juta per bulan. Dari jumlah itu, Rp 15 juta adalah
keuntungan bersih. “Saya bisa membantu biaya kuliah adik,” ujarnya.
Meski berlimpah penghasilan, Mirza tak bermewah-mewah. Dia memilih
mengembangkan usahanya. Karena hanya tersebar di Yogyakarta, Mirza
berusaha es krimnya bisa dinikmati di kota lain. “Sedang dikembangkan,”
ujarnya.
Begitu cintanya pada bidang peternakan, Mirza bercita-cita membuat
produk dari hasil peternakan yang diminati semua masyarakat. Untuk
mewujudkan hal itu, Mirza berprinsip, “Jika ingin alasan, lupakan sukses. Jika ingin sukses, lupakan alasan.
Sumber : galeriukm.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar