Senin, 10 Desember 2012

Bisnis UKM


Rencana pelaku usaha kecil dan menengah Indonesia melaksanakan ekspor komoditas pinang, damar besi dan gambir ke India terhambat dengan besaran import duty yang ditetapkan diluar dugaan karena mencapai 205%.
Benny Kusbini, Direktur PT Mitra Tani Agro Unggul, mengatakan saat berkunjung ke India menjajaki peluang ekspor komoditas tersebut, dia sangat terkejut karena perbedaan import duty yang diberikan kepada Indonesia terlalu besar.
”Biaya import  duty yang dikenakan terhadap Srilanka yang juga melakukan ekspor komoditas sama ke negeri tersebut, ternyata hanya 5%,” ujarnya kepada Bisnis melalui keterangan resminya dari Mumbay hari ini.
Berdasarkan fakta tersebut, dia meminta kepada pengambil kebijakan terkait di Indonesia, yakni birokrasi maupun pelaku usaha bisa melakukan negosiasi agar pelaku usaha kecil menengah (UKM) maupun perusahaan impor bisa masuk ke India.
Dikemukakan, Indonesia memerlukan negosiator ulung untuk melakukan pendekatan terhadap pemerintah India agar komoditas pinang, gambir, dan damar besi yang berlimpah di nusantara mampu memberi tambahan devisa bagi negara ini.
Menurut dia, dalam diskusi dengan beberapa calon mitra kerjanya dari India, yang mencuat dari niatan mereka rata-rata berkeinginan besar mengekspor komoditas dari negerinya sebanyak-banyaknya ke setiap negara tujuan.
”Semangat seperti ini seharusnya juga lahir dari pengusaha Indonesia. Pengusaha India samasekali tidak berkeinginan mengimpor kebutuhannya, karena selalu berusaha mencukupi kebutuhan nasional, dan setelah itu melakukam ekspor.”
Benny Kusbini yang juga Ketua Dewan Kedelai Nasional (Dekenas) berhasrat menjadi eksportir komoditas pinang, damar besi, dan gambir, karena kebutuhan negeri itu ternyata sangat besar. Untuk pinang mencapai 200 ton per bulan, damar batu 100 ton, dan gambil 180 ton.
Srilanka dikenakan biaya import duty hanya sebesar 5%, karena kedua Negara tersebut masih berada dalam satu rumpun, yakni Asia Selatan. Meski demikian Benny berharap agar pemerintah Indonesia bisa melakukan negosiasi. “Tidak hanya demean India, tetapi negara lain yang menjadi pasar Indonesia.”
Benny berkeinginan menjadi eksportir komoditas untuk kegiatan atau tradisi India menyirih atau makan sirih, karena selama ini sumber komoditas tersebut berasal dari Indonesia. Sedangkan perusahaan eksportirnya berasal dari Srilanka maupun Malaysia.
Yang menyedihkan, ekspor komditas itu justru dlakukan pengusaha SIngapura, sementara negeri tersebut diketahui tidak memiliki sumberdaya alam untuk menghasilkan gambir, pinang maupun damar besi. Jika tidak ada dukungan pemerintah, sulit bagi pelaku usaha Indonesia memutus mata rantai tersebut
Sumber : jpmi.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar