Kamis, 03 Januari 2013

Tas Kulit Sapi Tidak Pernah Sepi


Sudah lama kulit sapi bisa dijadikan aneka produk fesyen. Produk kulit sapi ini juga bernilai ekonomis tinggi. Dengan mengikuti mode dan sedikit sentuhan kreativitas, para produsen aneka produk sapi kelas rumahan pun bisa menjahit omzet hingga puluhan juta per bulan.

Kulit sapi memang mempunyai nilai ekonomi tinggi bila sudah dibentuk menjadi berbagai produk fesyen seperti tas, dompet, sandal, dan juga sepatu. Dengan beragam produk itu, kulit sapi itu bisa bikin kantong tebal.

Salah satu perajin yang mengolah kulit sapi menjadi produk fesyen itu adalah Nihayatun Nur Eni, dari Gresik, Jawa Timur. Ia mengolah kulit sapi menjadi aneka produk, seperti tas, dompet, sandal, sepatu, juga sarung ponsel. “Bisnis ini sudah saya tekuni sejak 2004,” kata Nihayatun.

Nihayatun membuat aneka produk fesyen itu dengan mengikuti perkembangan model sehingga produk kerajinannya itu selalu tampil penuh warna dan tidak ketinggalan jaman.

Bahkan, Nihayatun mengklaim, mutu aneka produk kulitnya itu lebih unggul karena semua dikerjakan dengan tangan alias hand made. “Bisnis ini menguntungkan, apalagi bahan bakunya murah dan banyak,” katanya.

Dalam sebulan, Nihayatun bisa menghabiskan bahan baku kulit sapi itu hingga 300 kilogram (kg) senilai Rp 3 juta.

Dari bahan baku sebanyak itu, ia bisa mengolahnya menjadi 300 potong sampai 400 produk, mulai dari dompet hingga sepatu.

Nihayatun menjual produknya itu dengan harga beragam. Misalnya, untuk harga tas, ia melepas di harga Rp 50.000 sampai Rp 350.000 per buah. Untuk dompet dijual mulai Rp 20.000 sampai Rp 60.000 per unit.

“Dalam sebulan omzet saya Rp 30 juta sampai Rp 60 juta,” kata Nihayatun yang memiliki tiga karyawan itu.

Selain Nihayatun, ada Maulina. Namun, perempuan asal Yogyakarta ini khusus membuat tas dan dompet kulit sapi. Pemilik butik Kalyanabatik itu sudah menggeluti bisnis produk kulit sejak tahun 2006.

Produk dompet dan tas buatan Maulina juga unik karena ia memberi motif batik pada kulit. “Memang sedikit rumit, tetapi hasilnya lebih bagus,” kata Maulina.

Soal harga jual, Maulina mematok harga lebih mahal dari Nihayatun. Contoh, untuk sebuah tas, Maulina menjual mulai Rp 400.000 sampai Rp 700.000 per buah. Dari berjualan tas dan dompet kulit itu, Maulina bisa mendapat omzet hingga Rp 60 juta.

Untuk membuat tas kulit motif batik itu, tahap pertama yang dilakukan adalah membuat desain pola dari karton. “Setelah pola selesai, barulah kulit dan kain batik digunting sesuai dengan ukuran pola karton,” terang Maulina. 

Setelah pola tas atau dompet selesai, selanjutnya pemberian lem dan menjahitnya.

Dalam proses menjahit ini dibutuhkan ketelitian agar motif batik dengan motif kulit sapi bisa sesuai. Soal desain pada tas atau dompet itu, Maulina mengumpulkan informasinya dari internet. Ia bilang, untuk menekuni bisnis ini, modal paling penting adalah kreativitas.

Sumber : jpmi.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar