Saat masa kanak-kanak, tanpa disadari, Anda mungkin pernah
memikirkan atau mengucapkan ingin menjadi apa. Boleh jadi Anda sudah
menentukan pilihan profesi dengan kejujuran bukan karena desakan orang
lain saat masih belia. Meski seiring perjalanan waktu, cita-cita
terpendam itu sempat beralih atau bahkan semakin menjauh dari kenyataan.
Perias pengantin berusia 25, Ristya Stefanie mengalaminya. Perempuan
asal Surabaya ini mengaku pernah mengucapkan ingin berwirausaha saat
masih belia. Meski boleh jadi saat itu ia belum mengerti apa itu
wirausaha dan ingin berwirausaha di bidang apa. Namun ucapan itu menjadi
nyata, karena kini cita-citanya menjadi entrepreneur terwujud. Sejak usia 13, perempuan yang akrab disapa Tya memulai perjalanannya sebagai entrepreneur dengan keahliannya sebagai penata rias wajah.
Saat itu, menggunakan make up ibunya, Tya menawarkan diri
merias teman-teman dekatnya untuk berbagai keperluan. “Saya merias
teman-teman yang ingin tampil di acara pertunjukkan 17 Agustus atau
mereka yang butuh make up untuk acara lainnya. Modalnya, alat make up
ibu saya. Tapi, setelah mendapatkan bayaran dari teman-teman, saat itu
sekitar tahun 2000 saya menerima uang jasa rias wajah Rp 15.000 per
orang. Dengan total empat orang, saya mendapatkan uang Rp 60.000 untuk
pertama kalinya dari merias wajah dan membeli alat make up darinya,”
tutur Tya saat jumpa media di Citywalks Sudirman, Jakarta, Rabu
(22/2/2012).
Keterampilan Tya dalam merias wajah mendapatkan apresiasi positif
dari orang-orang terdekatnya. Kemahirannya semakin terasah saat Tya
mengeyam pendidikan S-1 Komunikasi di Universitas Petra. Sambil kuliah,
perempuan kelahiran Surabaya, 15 September 1986 ini pun memberanikan
diri merintis bisnis make up wedding. Belum juga meraih gelar sarjana, Tya memutuskan mendirikan Ristya Stefanie Make Up & Wedding Design pada 2005, di usia 19.
Diskriminasi
Tak mudah bagi perempuan muda untuk terjun ke bisnis tata rias pengantin. Seperti Tya yang mengalami penolakan dan diskriminasi.
Diskriminasi
Tak mudah bagi perempuan muda untuk terjun ke bisnis tata rias pengantin. Seperti Tya yang mengalami penolakan dan diskriminasi.
Meski terbukti sukses mempercantik perempuan dan memahami seluk beluk make up,
namun ketika memutuskan terjun ke industri dan bisnis tata rias
pengantin, keterampilan yang didapatkan secara otodidak menjadi
pertimbangan banyak orang. Diskriminasi kerap dialami Tya karena usia
muda dan keterampilan make up didapatinya tanpa berbekal ijazah sekolah tata rias profesional.
“Saat mengikuti kompetisi, menurut saya penata rias wajah yang
belajar otodidak menjadi prioritas ke sekian meskipun ia mampu
menciptakan make up yang baik. Saya pernah menang di kompetisi
tingkat nasional, namun saya merasakan adanya perbedaan perlakuan dan
saya melihat banyak peserta lain yang belajar make up otodidak memiliki keterampilan yang baik, namun kalah bersaing dengan peserta lulusan kursus atau sekolah make up dengan keterampilan make up biasa saja,” jelasnya.
Tak hanya itu, Tya juga pernah dipilih sebagai penata rias pengantin
sebuah keluarga di Surabaya, lantaran hasil riasannya dianggap memenuhi
selera. Namun ketika tahu, usianya masih muda dan masih kuliah, keluarga
tersebut membatalkan begitu saja lantaran tak percaya perempuan
seusianya mampu menangani riasan pernikahan.
Tya memang belum memiliki jam terbang tinggi lantaran usianya pun
masih muda. Namun, bukan berarti anak muda tak memiliki keunggulan. Usia
muda bukan berarti kemampuan dan keterampilan serta kualitas personal
patut dipertanyakan atau bahkan diragukan. Alih-alih berpikir negatif
atas berbagai penolakan yang diterimanya, Tya justru memompakan semangat
ke dalam dirinya untuk terus menjalankan bisnisnya.
“Legowo, sudah itu saja yang saya lakukan,” kata Tya yang juga mahir
merancang kebaya dan kini mengembangkan kemampuannya merancang gaun
pengantin bergaya internasional menggunakan batik.
Berbekal pengalaman, Tya konsisten mengembangkan usahanya dan menjadi
pebisnis yang diperhitungkan industri tata rias dan busana pengantin
modern, berbasis di Pondok Chandra Surabaya, Jawa Timur.
“Saya lebih suka menjadi owner ketimbang menjadi pegawai,” aku Tya yang mematok biaya jasa rias pengantin Rp 15 juta khusus make up, atau Rp 42,5 juta untuk satu paket tata rias dan busana pengantin.
Sumber : wirasmada.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar