Agustus 2008, dengan modal awal yang terbilang kecil yaitu sekira Rp1
juta, Dina mulai mencoba menuangkan ide lukisannya pada media sepatu
kanvas.
Bisnis yang baru berkembang memang tidak selalu
berjalan mulus. Dirinya sempat mengalami kesulitan dengan stok sepatu
polos yang kadang jumlahnya terbatas di pasaran. Dirinya berfikir
mengapa tidak memproduksi sendiri sepatu polos tersebut. Bahkan, dengan
memproduksi sendiri sepatu polos tersebut dirinya bisa mendesain sendiri
sepatunya Sehingga mempunya bentuk dan jenis yang berbeda yang sudah
ada di pasaran.
Salah satu cara jitu yang digunakannya untuk
memasarkan produknya adalah dengan menggunakan ranah online. Sebulan
setelah bisnisnya ini dimulai, Dina menggunakan blog sebagai katalog
dalam usahanya. Namun saat ini, karena modal sudah semakin bertambah,
dibuatlah situs berbasis web sebagai media untuk memasarkan produknya.
Selain
itu, cara lain yang digunakannya agar sepatunya berbeda dengan yang
lain adalah dengan model khusus yang diproduksinya sendiri. Karena yang
dia tau, saat ini banyak bissis sejenis yang sudah mulai menjamur
dipasaran. Namun dirinya yakin, dengan 11 pasang model sepatu yang telah
diciptakannya, memiliki perbedaan dan kualitas dengan pengusaha sejenis
yang lain.
Saat ini, pendapatannya bisa dibilang sangat lumayan.
Dengan omset perbulan mencapai Rp10-22 juta dan sudah mempekerjakan
empat orang karyawan, Dina semakin bersemangat untuk terus mengembangkan
bisnisnya tersebut. Diantaranya mencoba media lain seperti kaos, tas,
chasing handphone, serta yang saat ini sedang dalam tahap uji coba
adalah melukis dengan media dompet.
"Sebulan pertama, untungnya
hanya Rp2-3 juta. Namun, di bulan kelima, ternyata bisa langsung
berkembang pesat, dengan keuntungan hingga Rp20 juta," ungkapnya.
Per-harinya,
rata-rata sepatu yang berhasil dijualnya mencapai 50-100 pasang sepatu,
dengan pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa
negara. Adapun harga per-pasangnya ditawarkan mulai dari Rp110-260 ribu.
Untuk Indonesia, peminat terbanyak berasal dari pulau Kalimantan dan
Sumatera. Sementara itu, pengiriman juga sudah merambah ke Brunei,
Australia, Singapura, dan Bangkok.
"Waktu itu ada yang pesan juga
dari Amerika sampai 100 pasang. Saya sudah oke dan menyanggupi. Tapi
ternyata ongkos kirim kesana mahal sekali, dua kali lipat dari harga
separtu, akhirnya cancel semua," ungkapnya lagi.
Untuk lebih
menjaga merk dan keaslian sepatu buatannya, sejak 2010 lalu, Dina telah
mendaftarkan "SLIGHT" sebagai brand atas sepatunya di Hak Atas kekayaan
Intelektual (HAKI).
Dari bisnis yang menjanjikan ini, mahasiswi
semester lima di sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta ini mampu
mempekerjakan empat orang pegawai. Yang mana pegawainya tersebut di
rekrutnya dari tetangga sekitar. Selain itu, bisnis ini tidak lagi
membuatnya menggantungkan uang jajan dari orang tuanya.
Dina
memberikan tips khusus untuk memulai suatu usaha, yaitu mulailah dengan
apa yang kita suka. "Mulai dengan sesuatu sesuatu yang kamu suka,
misalnya hobby, diexplore lagi dan buat sesuatu yang berbeda dari
produk/jasa yang sudah ada. jangan takut dengan resiko yang belum pasti
terjadi, karena jika ada niat pasti semua masalah dalam bisnis bisa
terselesaikan. Patikan juga, kita bisa konsultasi kepada orang yang
sudah berpengalaman dengan dunia bisnis," ungkapnya.
Dengan motto hidupnya "I can achieve anything I want in life if I have the will"
Dina berkeinginan suatu hari nanti bisa semakin memperbesar usahanya,
dan memiliki butik sepatu buatannya yang tersebar diseluruh kota di
Indonesia. Dan terus menciptakan ide kreatif dan tentunya berbeda dengan
yang lain.
Sumber : okezone.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar