Minggu, 30 September 2012

Pengrajin Mahar Jadi Pengusaha

Bermula dari Ibu Rodiyah, 44, yang tidak ingin hanya berpangku tangan menjadi ibu rumah tangga biasa. Sejak dulu, dia bercita-cita ingin menjadi ibu rumah tangga yang memiliki penghasilan tinggi.
Tekad sederhana itulah yang kini membawanya menjadi seorang pengusaha sukses di bidang pembuatan pigura, hiasan mahar, dan hantaran kado pernikahan.

Rodiyah mulai merintis usaha pigura pada 1990. Saat itu, kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan mendorong dirinya dan suami, Yulianto, 45, mencoba merintis usaha ini.

“Dulu, suami saya bekerja sebagai pegawai honorer di kantor kecamatan di Kediri. Sebagai pegawai honorer, penghasilan yang diterima serba pas-pasan, tidak cukup untuk menghidupi keluarga,” ujarnya saat ditemui di toko miliknya yang diberi nama Toko Pigura Sabar Mulia, Jalan Urip Soemoharjo, Kota Madiun.

Kondisi serba sulit itulah yang mendorong Rodiyah dan suaminya belajar membuat pigura. Perlahan, dia dan suaminya semakin mahir membuat berbagai pigura untuk lukisan, gambar, dan foto. Hasil karyanya itu ternyata banyak diminati oleh pembeli.

Demi menekuni usaha lebih serius, Rodiyah dan suaminya saat itu memutuskan boyongan dari Kediri ke Madiun. Dua anaknya yang saat itu masih kecil yakni Sigit dan Heru juga diajak. “Saat itu, suami saya mengambil keputusan berhenti menjadi pegawai honorer dan serius menggeluti usaha pigura,” ujarnya.

Di Madiun, Rodiyah dan suaminya membuka usaha pembuatan pigura kecil-kecilan. Lambat laun, usaha itu terus berkembang dengan pesat. Untuk mengembangkan lagi usaha pigura itu, Rodiyah juga sempat meminjam modal ke sejumlah bank di Kota Madiun.

Pada 1997, Rodiyah mengembangkan usaha itu bukan hanya pembuatan pigura, namun juga menyediakan pembuatan hiasan mahar dan hantaran pernikahan. Rupanya, jasa pembuatan menghias mas kawin dan hadiah pernikahan itu banyak sekali yang meminati.

Bukan hanya dari daerah Madiun saja, melainkan pemesan dari luar kota juga lumayan banyak. “Pada 2000, usaha pembuatan hiasan mahar dan hantaran kado milik saya sudah cukup terkenal,” ujar Rodiyah.

Dia menangani sendiri pembuatan hiasan mahar dan hantaran pernikahan itu. Dia pun melayani setiap pemesanan berbagai model dan desain mahar maupun hantaran pernikahan yang diinginkan oleh pemesan.

Ada model koin yang ditata berbentuk simbol TNI AU. Ada pula model uang kertas pecahan Rp2.000 terbaru yang didesain simbol Polri dan lain-lain. Biasanya yang memesan hiasan mahar dengan simbol itu adalah anggota TNI AU atau anggota Polri yang bakal menikah.

Pesanan membuat hiasan mahar dan hantaran pernikahan dari masyarakat umum juga banyak. Biasanya, kata dia, mereka memesan hiasan mahar atau hantaran pernikahan berbentuk mesjid, bunga, atau lambang daerah.

Rodiyah mengaku, kini setidaknya dia memiliki 50 desain dan model hiasan mahar dan hantaran pernikahan. Mulai dari desain simbol, lambang, gambar, hingga model-model terbaru. Sedangkan, untuk biaya pembuatan hiasan mahar dan hantaran pernikahan itu tergantung dari tingkat kesulitannya. Ada yang hanya Rp40 ribu hingga yang paling sulit biayanya Rp1,5 juta.

Kini pemesanan pembuatan hiasan mahar dan hantaran pernikahan itu selalu ramai. Bahkan, dalam sebulan rata-rata pemesanannya mencapai 60-70. Selain dari Madiun, pemesanan itu juga kini banyak dari luar kota seperti Surabaya, Solo, Kediri, Tulungagung, Sragen, dan Tuban.

Untuk menjalankan usaha ini, Rodiyah kini dibantu oleh sembilan karyawan. Mereka ada yang mengerjakan pembuatan hiasan mahar, membuat hantaran pernikahan, hingga mengantar pesanan kepada pelanggan.

Dari sisi omzet usaha milik Rodiyah ini juga berkembang pesat. Dia mengaku, pertama kali merintis usaha ini di Madiun modalnya hanya Rp2 juta. Namun, kini rata-rata per bulan omzet penjualan mencapai Rp70 juta.

Meski sudah terbilang sukses, Rodiyah juga tetap sederhana. Dia juga selalu ikut terlibat mengerjakan pembuatan hiasan mahar dan hantaran pernikahan itu. Bagi dia, jalinan dirinya dengan pelanggan harus dijaga terus agar pelanggan merasa mendapatkan sentuhan pelayanan langsung dari dirinya.

Rodiyah yang lulusan SMEA ini juga merasa sangat bersyukur bisa membangun usaha mandiri ini. Dia juga bersyukur lantaran dua anaknya kini bisa melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Mengenai obsesi, Rodiyah mengaku tidak ingin muluk-muluk. Prinsipnya sederhana, dia tipikal orang yang berpikiran apa yang harus diselesaikan dan dikerjakan hari itu harus diselesaikan hari itu juga. Bagi dia, tidak ada istilah menunda pekerjaan dalam kamus hidupnya.

“Ada pekerjaan sekarang, harus diselesaikan tuntas sekarang, itu saja. Bagaimana hari esok, bagi saya adalah apa yang kita kerjakan hari ini,” tandasnya
 


Sumber : jasalogounik.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar