Memulai suatu bisnis waralaba atau franchise, tidaklah harus
berawal dari suatu hal yang besar. Dengan kreatifitas, tekad yang kuat
dan perhitungan yang matang, seseorang bisa merubah alur rezekinya
melalui jalur bisnis tersebut. Sebut saja bisnis mie ayam gerobakan
milik Wahyu Indra, warga Depok, Jawa Barat yang dikembangkan dengan
sistem waralaba.
Melalui bisnis olah perut, yang mungkin bagi beberapa orang dipandang
“kampungan”, Wahyu kini bisa meraup keuntungan sedikitnya Rp14 juta per
bulan. Selain itu melalui sistem waralaba yang ia jalankan, waralaba
Mie Ayam Grobakan kini telah memiliki 65 gerai, sejak diresmikan tahun
2010.
Awal ketertarikan Wahyu Indra terhadap bisnis ini bermula dari
ketertarikannya terhadap kuliner. Sebagai “penggila” mie ayam yang
dijual di gerobak, Wahyupun mulai tertarik untuk bisa mengolah menu
favoritnya tersebut. Merasa puas dengan mie ayam olahannya, Wahyu pun
memberanikan diri untuk menjual hasil karyanya. Dengan keyakinan dan
tekad yang kuat, Wahyupun mulai memberanikan diri untuk menjadi seorang
pedagang mie ayam gerobakan.
Melihat pangsa pasar mie yang begitu tinggi di masyarakat, ia pun
memilih makanan tersebut sebagai ‘ladang’ usahanya. Bahkan, pekerjaan
lamanya sebagai produser sebuah rumah produksi film pun ia tinggalkan.
Dengan bekal kreatifitas dalam mengolah menu makanan, Wahyu mampu
menjadikan mie ayam miliknya lain dari mie ayam pada umumnya. Dibanding
mie ayam yang biasa ditemui, Wahyu mengklaim bahwa Mie Ayam Grobakan
miliknya memiliki rasa lebih gurih. Selain itu, mie tersebut lebih halus
dan lembut di lidah, serta tak mudah putus. “Tidak hanya nikmat, mie
yang kami gunakan juga bebas dari bahan pengawet. Jadi konsumen tidak
perlu khawatir saat mengkonsumsi prodak kami,” ungkap Wahyu kepada Ciputraentrepreneurship.com, saat dihubungi via telepon.
Hal lain yang juga menjadi ciri khas dari produknya adalah, dari cara
penyajian. Wahyu sengaja memilih untuk menggunakan gerobak kayu, untuk
melayani pelangganya. Menurutnya, selain unik, gerobak kayu akan makin
memperkuat citra porduknya, dibandingkan prudak waralaba makanan yang
lain. Dengan menggunakan gerobak kayu, ternyata pelanggan yang datang
makin tertarik karena terkesan unik dan terjangkau.
Untuk bisa bersaing, Wahyupun mengaku bahwa harga produknya
terjangkau bagi semua golongan masyarakat. Bahkan Wahyu lebih memilih
untuk bermain di kelas menengah ke bawah, agar bisa dinikmati siapa
saja. Cukup seharga Rp 7.500 hingga Rp 12.000, mie ayam gerobak bisa
disantap. Dengan cara ini, Wahyu berharap bisa mempertahankan citra
“kaki lima” pada produknya. “Sudah banyak produk lain yang harganya
mahal. Saya ingin agar produk saya bisa down to earth, dan bisa dinikmati banyak orang,” tambah Wahyu.
Seiring dengan terus meningkatnya permintaan, Wahyu berpikir untuk
meningkatkan dan memperluas usahanya. Sempat terpikirkan untuk membuka
cabang di lokasi lain. Namun, itu pasti membutuhkan modal yang tidak
sedikit. Wahyu pun memilih waralaba. Hal ini dilakukan sejak Juni 2010.
Dengan modal Rp 5,2 juta, Mie Ayam Grobakan bisa dimulai. Dengan modal
tersebut, Wahyu menyediakan satu gerobak, dandang mie, timbangan
digital, tempat ayam, serokan mie, talenan, tabung gas, dan juga
menyertakan bahan baku mie mentah 10 kg untuk meracik 110 porsi mie
ayam.
Paket kemitraan ini akan berlangsung selama 5 tahun. Kelak, bagi
mitra biasa yang serius menjalankan bisnis dan memiliki perkembangan
pesat, bisa saja naik kelas menjadi pemilik cabang produksi.
Pemilik modal kemudian dilatih agar menguasai resep pembuatan bumbu
masakan yang diciptakan Wahyu. Tetapi tidak semua resep diberikan. Resep
khusus pembuatan mie hanya akan dimiliki oleh Wahyu. Dengan cara itu,
kualitas mie yang dijual pasti sama di semua tempat. Selain uang Rp 5,2
juta, Wahyu pun meminta syarat bagi calon tewaralaba. Syarat tersebut
tidak terlalu rumit, seperti yang diharuskan pemilik merek dagang
lainnya. Wahyu hanya meminta kepada partner agar, jujur dalam
menjalankan usaha, memiliki semangat, dan modal seperti yang telah
ditentukan. “Saya inginnya, mitra saya juga mencicipi dan suka terhadap
prodak yang akan mereka jual. Jadi tidak hanya sebatas jualan prodak
saja,” jelas Wahyu.
Dengan hitungan penjualan 25 mangkuk, sang mitra akan memperoleh
pendapatan Rp 550.000 per hari. Omzet satu bulannya bisa mencapai Rp
16,5 juta. Omzet sebesar inilah yang membuat sang mitra balik modal
hanya dalam waktu dua pekan.
Dengan besarnya potensi yang dibawa oleh nikmatnya mie ayam gerobak,
Wahyu berharap mie ayam kreasinya nantinya bisa dicicipi di setiap
daerah di tanah Air. “Harapan saya supaya mie ayam gerobak bisa menjadi ikon kuliner
nasional. Saat ini memang kami masih fokus untuk daerah Jabodetabek,
namun ke depannya kami mau go nasional,” pungkas Wahyu penuh harap.
Sumber : tdadepok.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar