Rabu, 26 September 2012

Suksesnya Mie Ayam Gerobak

Memulai suatu bisnis waralaba atau franchise, tidaklah harus berawal dari suatu hal yang besar. Dengan kreatifitas, tekad yang kuat dan perhitungan yang matang, seseorang bisa merubah alur rezekinya melalui jalur bisnis tersebut. Sebut saja bisnis mie ayam gerobakan milik Wahyu Indra, warga Depok, Jawa Barat yang dikembangkan dengan sistem waralaba.


Melalui bisnis olah perut, yang mungkin bagi beberapa orang dipandang “kampungan”, Wahyu kini bisa meraup keuntungan sedikitnya Rp14 juta per bulan. Selain itu melalui sistem waralaba yang ia jalankan, waralaba Mie Ayam Grobakan kini telah memiliki 65 gerai, sejak diresmikan tahun 2010.

Awal ketertarikan Wahyu Indra terhadap bisnis ini bermula dari ketertarikannya terhadap kuliner. Sebagai “penggila” mie ayam yang dijual di gerobak, Wahyupun mulai tertarik untuk bisa mengolah menu favoritnya tersebut. Merasa puas dengan mie ayam olahannya, Wahyu pun memberanikan diri untuk menjual hasil karyanya. Dengan keyakinan dan tekad yang kuat, Wahyupun mulai memberanikan diri untuk menjadi seorang pedagang mie ayam gerobakan.


Melihat pangsa pasar mie yang begitu tinggi di masyarakat, ia pun memilih makanan tersebut sebagai ‘ladang’ usahanya. Bahkan, pekerjaan lamanya sebagai produser sebuah rumah  produksi film pun ia tinggalkan.
Dengan bekal kreatifitas dalam mengolah menu makanan, Wahyu mampu menjadikan mie ayam miliknya lain dari mie ayam pada umumnya. Dibanding mie ayam yang biasa ditemui, Wahyu mengklaim bahwa Mie Ayam Grobakan miliknya memiliki rasa lebih gurih. Selain itu, mie tersebut lebih halus dan lembut di lidah, serta tak mudah putus. “Tidak hanya nikmat, mie yang kami gunakan juga bebas dari bahan pengawet. Jadi konsumen tidak perlu khawatir saat mengkonsumsi prodak kami,” ungkap Wahyu kepada Ciputraentrepreneurship.com, saat dihubungi via telepon.

Hal lain yang juga menjadi ciri khas dari produknya adalah, dari cara penyajian. Wahyu sengaja memilih untuk menggunakan gerobak kayu, untuk melayani pelangganya. Menurutnya, selain unik, gerobak kayu akan makin memperkuat citra porduknya, dibandingkan prudak waralaba makanan yang lain.  Dengan menggunakan gerobak kayu, ternyata pelanggan yang datang makin tertarik karena terkesan unik dan terjangkau.

Untuk bisa bersaing, Wahyupun mengaku bahwa harga produknya terjangkau bagi semua golongan masyarakat. Bahkan Wahyu lebih memilih untuk bermain di kelas menengah ke bawah, agar bisa dinikmati siapa saja. Cukup seharga Rp 7.500 hingga Rp 12.000, mie ayam gerobak bisa disantap. Dengan cara ini, Wahyu berharap bisa mempertahankan citra “kaki lima” pada produknya. “Sudah banyak produk lain yang harganya mahal. Saya ingin agar produk saya bisa down to earth, dan bisa dinikmati banyak orang,” tambah Wahyu.

Seiring dengan terus meningkatnya permintaan, Wahyu berpikir untuk meningkatkan dan memperluas usahanya. Sempat terpikirkan untuk membuka cabang di lokasi lain. Namun, itu pasti membutuhkan modal yang tidak sedikit. Wahyu pun memilih waralaba. Hal ini dilakukan sejak Juni 2010. Dengan  modal Rp 5,2 juta, Mie Ayam Grobakan bisa dimulai. Dengan modal tersebut, Wahyu menyediakan satu gerobak, dandang mie, timbangan digital, tempat ayam, serokan mie, talenan, tabung gas, dan juga menyertakan bahan baku mie mentah 10 kg untuk meracik 110 porsi mie ayam.

Paket kemitraan ini akan berlangsung selama 5 tahun. Kelak, bagi mitra biasa yang serius menjalankan bisnis dan memiliki perkembangan pesat, bisa saja naik kelas menjadi pemilik cabang produksi.

Pemilik modal kemudian dilatih agar menguasai resep pembuatan bumbu masakan yang diciptakan Wahyu. Tetapi tidak semua resep diberikan. Resep khusus pembuatan mie hanya akan dimiliki oleh Wahyu. Dengan cara itu, kualitas mie yang dijual pasti sama di semua tempat. Selain uang Rp 5,2 juta, Wahyu pun meminta syarat bagi calon tewaralaba. Syarat tersebut tidak terlalu rumit, seperti yang diharuskan pemilik merek dagang lainnya. Wahyu hanya meminta kepada partner agar, jujur dalam menjalankan usaha, memiliki semangat, dan modal seperti yang telah ditentukan. “Saya inginnya, mitra saya juga mencicipi dan suka terhadap prodak yang akan mereka jual. Jadi tidak hanya sebatas jualan prodak saja,” jelas Wahyu.
Dengan hitungan penjualan 25 mangkuk, sang mitra akan memperoleh pendapatan Rp 550.000 per hari. Omzet satu bulannya bisa mencapai Rp 16,5 juta. Omzet sebesar inilah yang membuat sang mitra balik modal hanya dalam waktu dua pekan.

Dengan besarnya potensi yang dibawa oleh nikmatnya mie ayam gerobak, Wahyu berharap mie ayam kreasinya nantinya bisa dicicipi di setiap daerah di tanah Air. “Harapan saya supaya mie ayam gerobak bisa menjadi ikon kuliner nasional. Saat ini memang kami masih fokus untuk daerah Jabodetabek, namun ke depannya kami mau go nasional,” pungkas Wahyu penuh harap.

Sumber : tdadepok.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar