Tahun 1999, diusianya yang ke 33 tahun dan dengan dua orang anak yang
masih kecil, dia meninggalkan Marks & Spencer untuk membuka jasa konsultasi
makanannya sendiri. Akan tetapi, dua bulan kemudian, dia mendapatkan ide
besarnnya, yaitu untuk memulai sebuah bisnis yang menjual makanan beku untuk
bayi yang disimpan di dalam es sehingga para orang tua bisa menggunakanya
sebanyak yang mereka butuhkan.
Dia mengatakan: 'Saat aku mempunyai anak pertama, aku memasak cukup banyak
makanan untuknya dan membekukan sisanya di dalam es seperti yang disarankan di
dalam majalah. Tapi aku menemukan bahwa secara keseluruhan, prosesnya cukup
merepotkan. Saat libur, aku benar-benar ingin menghabiskan waktu untuk bermain
dengan anak ku dan bertemu dengan ibu-ibu lainnya, dari pada harus memasak
selama berjam-jam, menyaringnya, dan membekukannya di dalam es.'
Tugas untuk memasak ini jadi semakin berat saat dia mempunyai anak kedua. Dia
mengatakan: 'Saat aku mempunyai anak yang ke dua, Jack, dia tidak pernah
merasakan makanan buatan rumah karena waktu itu aku juga punya balita dan harus
kembali bekerja. Aku ingin memberikan makanan yang sehat pada anak-anak ku, tapi
aku juga tidak ingin jadi terlalu kerepotan saat melakukannya. Dan kupikir pasti
ada sesuatu yang lebih baik untuk bayi dibanding makanan kaleng.'
Akan tetapi, sebelum Preston bisa mulai menjalankan rencana, dunianya terasa
hancur. Rumah tangganya berada dalam situasi pertentangan sehingga dia dan
anak-anaknya harus pergi dan tinggal disebuah rumah sewaan. Dan empat bulan
kemudian, dia diagnosa mempunyai kanker kulit setelah menemukan sebuah tahi
lalat di pahanya.
Semua pemikirannya mengenai idenya untuk memulai bisnis jadi hilang saat dia
mulai menjalani perawatan dan mencoba menyatukan kembali kehidupannya. Untunglah
dua tahun kemudian keadaan mulai tampak menjanjikan. Dia mendapat partner baru
dan memutuskan bahwa ide besarnya mungkin cukup berharga untuk dicoba.
Dia mengatakan: 'Ide tersebut sepertinya tampak jelas bagi ku. Tapi aku tidak
mengerti kenapa belum pernah ada orang yang melakukannya.'
Partnernya setuju untuk membayar biaya sewa rumah sementara dia memulai
bisnis makanan bayinya. Jadi, sejak saat itu, Preston meninggalkan jasa
konsultasinya dan mulai mengerjakan bisnisnya.
Dia mengatakan: 'Aku rasa aku tidak rugi apa-apa. Dari hari pertama aku punya
ambisi yang sangat besar. Aku memutuskan bahwa aku tidak ingin membuat sendiri
produk tersebut dirumah dan mensupply-nya ke toko-toko lokal. Aku ingin membuat
sebuah merek sehingga aku bisa menjualnya keseluruh retail dan bisa
mendistribusikannya dalam skala nasional.'
Dia mulai membuat berbagai resep di dapurnya untuk bayi yang berusia 4 sampai
12 bulan, berdasarkan makanan yang disukai oleh anak-anaknya. Dia mengatakan:
'Aku memberikan makanan tersebut pada para ibu di gerbang sekolah untuk
mencobanya dan mengatakan: "Maukah anda mencoba ini?" Bisnis itu aku jalankan
secara tradisional, tidak ada research pasar atau panel konsumen.'
Kemudian dia menemukan sebuah pabrik di Leicester yang setuju untuk
membuatkan makanan tersebut untuknya. Sama seperti yang dia bayangkan
sebelumnya, makanan tersebut dibekukan di dalam es sehingga para orang tua bisa
menggunakan sebanyak atau sesedikit yang mereka butuhkan untuk bayinya.
Tapi sayang, dia tidak cukup beruntung untuk membuat bank mau meminjamkan
uang padanya. Dia mengatakan: 'Setiap bank mengatakan bahwa ide tersebut sangat
jelas sehingga mereka tidak mengerti kenapa orang belum pernah ada yang
melakukannya, dan karena itulah pasti ada alasan kenapa belum ada orang yang mau
melakukannya. Tapi menurut ku ide yang paling jelas sekalipun adalah sebuah ide
yang bagus dan anda tidak harus malu untuk memanfaatkannya hanya karena ide
tersebut sudah sangat jelas. Anda tidak harus mencari dan membuat sesuatu yang
baru, semua ide bagus sudah ada di luar sana.'
Jadi, dia menggadaikan kembali rumahnya untuk mendapatkan pinjaman sebanyak
£55,000 yang dia perlukan untuk memulai bisnis dari awal, dan menyewa sebuah
perusahaan design untuk membuatkan merek bagi produknya. Hasilnya adalah
Babylicious dan dalam beberapa minggu saja, supermarket chain Waitrose sudah
setuju untuk menstocknya di 27 tokonya, dengan syarat bahwa Preston akan
mengirimkan sendiri produknya ke toko-toko tersebut. Tanpa merasa gentar,
Preston berjanji untuk membawa sendiri van freezer seberat 1,5 ton.
Tapi sebelum Preston bisa mulai mensupply ke toko-toko, bisnisnya mengalami
hambatan utama. Saat dia mencoba untuk mendaftarkan nama merek dagang
Babylicious, dia menemukan bahwa seeorang telah mendahuluinya. Dengan ancaman
untuk ligitasi yang meningkat, Preston tidak punya pilihan lain selain
mengubahnya menjadi Tastylicious. Dia mengatakan: 'Bukan cuma paketnya yang
harus kami ubah, tapi semuanya, mulai dari kop surat, website, materi marketing,
semuanya.'
Akan tetapi, Preton tidak akan menyerah tanpa melakukan perlawanan. Dia
mengatakan: 'Aku tidak siap untuk menerima bahwa secara tiba-tiba ada orang
lain, yang entah dari mana, datang dan mengambil ide ku. Itu pasti bukan suatu
kebetulan.'
Dia memutuskan untuk melakukan kontest aplikasi dan dalam prosesnya, dia
menemukan bahwa itu ternyata telah dilakukan oleh seorang wanita yang dia kenal.
Enam bulan kemudian, pengadilan memutuskan bahwa aplikasi dari rivalnya tersebut
dibuat dengan niat yang buruk. Preston diijinkan untuk kembali menggunakan nama
Babylicious dan mengubah lagi semuanya. Akan tetapi, total biaya yang diperlukan
untuk melakukan rebranding adalah sebesar £30,000.
Dan masalah yang masih harus dia hadapi belum juga berakhir. Di tahun 2002,
wanita yang sama mulai menghubungi rekan-rekan bisnis Preston dan menyebarkan
fitnah mengenai perusahaannya, yang mengatakan bahwa perusahaan tersebut sedang
diselidiki.
Preston menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi saat orang-orang mulai
membatalkan meeting dan iklan-iklannya. Dia menyeret wanita tersebut ke
pengadilan dan berakhir harus membayar £10,000 kepada pengacara sebelum akhirnya
membatalkan kasus.
Dia mengatakan: 'Aku di nasehati oleh pengacara ku untuk mengambil hikmah dan
mengakhiri semuanya. Itu adalah hal yang sulit untuk dilakukan, tapi aku harus
fokus pada bisnis.' Dia akhirnya harus berhutang sebanyak £25,000 pada orang
tuanya agar bisa mempertahankan bisnisnya.
Preston juga harus menghadapi perdebatan saat meminta retailer untuk memasang
freezers di bagian bayi di setiap toko untuk produknya dan bukan cuma
menempatkannya di bagian freezer.
Tapi untunglah, sejak tahun 2003, hal-hal mulai berubah. Babylicious berhasil memenangkan beberapa
penghargaan di bidang industri dan banyak menerima publisitas saat pers
mengetahui bahwa Victoria Beckham memberikan makanan tersebut pada anaknya,
Romeo.
Enam tahun yang lalu, Preston mendapat tambahan modal sebesar £1 juta dari
seorang investor dengan imbalan berupa 25 persen kepemilikan saham. Di tahun
2009, Preston meluncurkan snack untuk balita dan menyebutnya Kiddilicious.
Produk dari perusahaanya di stock oleh supermarket-supermarket utama termasuk
Waitrose, dan pada tahun 2010 mempunyai omzet senilai £4.5 juta.
Berbeda dengan sebagian pengusaha lain, Sally Preston
mengatakan bahwa dia cuma punya satu ide untuk memulai bisnis, yaitu ide ini.
Dia mengatakan: 'Aku cuma punya ide ini dan melakukannya. Hanya ide ini yang aku
punya. Kupikir, aku bisa melakukannya.'
Meski harus mengalami berbagai hambatan selama beberapa tahun terakhir, dia
mengatakan bahwa idenya layak untuk diperjuangkan. Dia mengatakan: 'Ini hanyalah
sebuah peluang bisnis yang sangat jelas sehingga jika aku tidak melakukannya,
maka aku akan menyesal untuk selamanya karena orang lain telah
mengambilnya. Aku
ingin membuktikan bahwa aku bisa melakukannya. Dan aku ingin jadi penguasa bagi
kehidupan ku sendiri. Aku ingin bisa melakukan apapun yang aku inginkan tanpa
perlu lebih dulu minta ijin pada orang lain.'
Sumber : blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar