Santri jebolan pondok pesantren ini berhasil mengembangkan usaha roti
hingga produksinya bisa meludeskan 150 bal tepung terigu sehari. Dia
masih menyimpan sebuah obsesi besar.
Untuk ukuran pengusaha roti
skala kecil menengah (UKM), prestasi Reza Malik memang luar biasa. Lihat
saja volume produksinya, yang menghabiskan tepung terigu sampai 150 bal
sehari. Dengan merek Riz-Qy, roti produk Reza dipasarkan melalui 14
unit armada mobil, 50 unit gerobak becak, dan 50 orang pedagang pikulan.
Di samping itu, Reza masih memiliki tiga buah toko roti. Dilihat dari
sarana pemasarannya, jelas, Reza membidik konsumen kelas bawah, menengah
sampai atas sekaligus.
"Khusus yang pikulan, saya anggap perlu
agar bisa menyasar daerah pemukiman yang sulit dijangkau kendaraan,"
ujar Reza, "Sedangkan yang dijajakan di toko, adalah roti kualitas
bakery, untuk kalangan menengah ke atas." Pria berusia 45 tahun itu,
berniat mengembangkan toko rotinya, dengan sistem waralaba.
Reza
Malik memulai usaha roti pada 1982, dengan modal Rp 10 juta. "Ketika
itu, terus terang saja, pengetahuan saya tentang roti, nol," akunya.
Usaha Reza mulai berkembang, ketika —pada 1984— mengikuti pelatihan
pembuatan roti di baking school bogasari selama 2 minggu. "Dari situ,
saya bisa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan membuat roti yang
baik," ujarnya.
Agar selalu bisa mengikuti selera konsumen, Reza
melakukan observasi secara periodik. "Ya, observasinya sederhana saja.
Yang penting, kita tahu apa maunya konsumen," jelasnya, "Intinya, kita
harus tanggap dan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan selera
konsumen."
Dalam rangka itulah, Reza tak pernah bosan mencari
pengetahuan baru soal pembuatan roti. Misalnya, dia tak sungkan-sungkan
mendatangi karyawan bahkan pemilik bakery terkemuka di Jakarta, untuk
mengintip rahasia pembuatan roti mereka. Buku-buku tentang roti pun,
menjadi objek pemburuannya.
Reza, seorang santri jebolan
Pesantren Gontor, Jawa Timur tahun 1978, memang memiliki jiwa wirausaha
yang luar biasa. Di samping roti, dia juga berhasil mengembangkan sebuah
toko grosir. Toko bernama "Haji Malik" yang di daerah Jatinegara,
Jakarta Timur, sudah sangat terkenal itu, juga berperan sebagai
distributor tepung terigu, dengan volume penjualan sekitar 15 ribu bal
per bulan.
Reza juga memiliki perusahaan yang bergerak dalam
bidang penyaluran tenaga kerja ke luar negeri. "Tapi, yang paling saya
nikmati, ya, bisnis roti ini," katanya.
Menurut Reza, usaha roti
bisa mendatangkan kepuasan tersendiri, terutama karena bisa memberikan
manfaat pada banyak orang. Karena itu, selama menjalankan usahanya, Reza
terus memendam sebuah obsesi besar: mendirikan baking school di daerah
Jakarta Timur. "Dengan merangkul teman-teman sesama pengusaha roti,
mudah-mudahan pada 2003 nanti rencana itu bisa terwujud," tekadnya.
Reza
yakin, keberadaan baking school akan sangat membantu calon-calon
pengusaha makanan berbasis tepung, atau pengusaha yang mau mengembangkan
usahanya. Pasalnya dia sendiri merasa, perkembangan usahanya sangat
ditopang oleh peningkatan keterampilan dan pengetahuan di bidang
pembuatan roti.
Sumber : muslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar