Kamis, 27 September 2012

Sukses Pembudidayaan Jambu Organik

Melihat peluang usaha yang menjanjikan di bidang agribisnis khususnya tanaman buah menarik Suko Budi Prayogo banting setir menjadi petani. Dari satu hektar lahan yang ditanami varietas terbaru Jambu Biji Mutiara asal Thailand, tiap minggu ia bisa panen 800 kg jambu yang nyaris tak berbiji itu. Menariknya tanaman ini bisa dipanen sepanjang tahun dan permintaan pasar cukup tinggi serta pembudidaya masih sangat sedikit. Bagaimana potensi usahanya?

Suko Budi Prayogo begitu nama lengkap pria yang akrab disapa Budi ini. Sebelumnya Budi bekerja di Jawa Muda Group (perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian, peternakan, dan farmasi di Jawa Timur) selama 14 tahun dan terakhir menjabat posisi General Manager. Tak puas dengan kariernya, Budi pun memutuskan berhenti dan. memilih menjadi petani berbagai jenis tanaman buah dataran rendah sejak tahun 2003. Kecintaannya mengoleksi tanaman buah membuka matanya akan peluang besar budidaya tanaman buah.

Di atas kebun seluas dua hektar miliknya Budi memulai usaha dengan menanam berbagai tanaman buah seperti Kelengkeng Kristal, Jeruk Santang, Jeruk Kepok Madu, Blimbing Dewa, Sawo Jumbo Thailand, Srikaya Jumbo, Mangga Golden, Jambu Air Black Diamond dan varietas terbaru Jambu Biji Mutiara asal Thailand.

Di awal usahanya. Budi merogoh kocek hingga Rp 50 juta yang digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan pertanian, bibit, hingga mengolah kebun yang berlokasi di Desa Pongangan, Kec. Gunung Pati, Kab. Semarang,

Jawa tengah. Budi mengatakan, sebagian kebunnya tersebut (1 hektar) digunakan untuk menanam 840 pohon varietas Jambu Biji Mutiara yang diperolehnya langsung dari Thailand. Selain budidaya jambu biji yang nyaris tidak berbiji tersebut, ia juga menjual berbagai macam bibit dan buah yang ditanam di kebunnya.

Jambu Mutiara Organik. Jika jambu biji biasanya dipenuhi dengan biji, lain halnya dengan Jambu Biji Mutiara yang memiliki sedikit biji (seedless). Selain itu, meski dikenal sebagai tanaman dataran rendah, tapi tanaman ini bisa ditanam pada ketinggian 5OO-1.2OO mdpl. Menariknya, kurang dari satu tahun sudah bisa dipanen dan akan terus panen sepanjang tahun hingga masa produktif selama 10 tahun.

Jambu Biji Mutiara mempunyai keistimewaan rasa buah manis segar dengan tekstur buah renyah, berukuran berat 0,3-0,7 kg per buah diameter 5-10 cm dan termasuk dalam tanaman dengan perawatan yang mudah.

Budi mengatakan, Jambu Biji Mutiara budidayanya, ditanam secara organik. Selain biaya yang dikeluarkan lebih murah, hasil panen yang dihasilkan bebas dari pestisida maupun residu bahan kimia lainnya. Yang menarik pemeliharaan Jambu Biji Mutiara juga sangat mudah. "Setelah tanam, kita cukup siram satu minggu sekali dan pembuangan rumput maupun gulma yang tumbuh di sekitar kebun, agar penyerapan nutrisi tanaman sempurna," kata Budi.

Biaya produksi pun bisa ditekan, karenanya Budi tak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk kimia (NPK, Urea, TSP) serta pestisida. Hanya saja untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman Budi memberi tanaman tersebut suplemen berupa mikroorganisme probiotik EM4 yang dibeli Rp 17 ribu/botol. "Tiap dua bulan sekali kita berikan mikroorganisme probiotik, dosisnya tergantung dari umur pohon itu sendiri. Misal untuk umur pohon kurang dari 2 tahun kita berikan 5 cc per pohon, selebihnya sebanyak 10 cc per pohon yang dicampur dengan air sebanyak 10 liter dan disiramkan pada lubang tanam. Selanjutnya, tiap 4 bulan diberikan pemupukan ulang dengan pupuk kandang sebanyak 4 ton/hektar. Tujuannya agar nutrisi terpenuhi dan tanaman berkembang baik dan menghasilkan buah yang maksimal," beber Budi.

Lantaran Jambu Biji Mutiara ini dipanen sepanjang tahun, maka sejak panen pertama, dari satu pohon akan terus menghasilkan buah dan produktif hingga 10 tahun. Tak heran jika Budi mengatakan bisa panen 800 kg tiap minggunya dari 840 pohon. "Dari satu pohon ya

bisa dipanen sekitar 50 kg tiap tahunnya," akunya. Dengan demikian, dalam setahun Budi bisa panen 42 ton Jambu Biji Mutiara/tahunnya. Adapun harga jual satu kilo Jambu Biji Mutiara di tingkat petani dengan harga Rp 12 ribu.

Pemasaran. Budi mengatakan, Jambu Biji Mutiara dipasarkan ke beberapa swalayan buah organik (Total Buah Segar dan All Fresh) dan end user yang mengonsumsi buah organik di sekitar Semarang, Jakarta, dan Bali.

Dari satu hektar lahan miliknya, mampu menghasilkan 42 ton/tahun. Jika harga di tingkat petani Rp 12 ribu, maka omset yang dicapai sekitar Rp 504 juta/tahun atau Rp 42 juta/bulan.

Karena permintaan dari supermarket yang besar, Budi menjalin kerja sama dengan beberapa petani di berbagai daerah seperti Pekalongan, Ungaran, Magelang, Demak, Sukorejo dan Kendal untuk membudidaya Jambu Biji Mutiara ini. "Saya kerja sama dengan petani (Mitra) di mana saya suplai bibit, dan petani hanya tinggal siapkan lahan , dan    tanam.   Setelah panen, bisa dijual ke saya dan kita bagi hasil fifty-fifty," ungkap Budi. Selain  itu, kerja sama juga dilakukan dengan  para  peternak sapi di daerah sekitar kebun miliknya, untuk mendapatkan kotoran sapi sebagai bahan baku utama dalam pembuatan pupuk kandang. Saat ini Budi telah menjalin kerja sama dengan 5 orang peternak   dengan   rata-rata   pengeluaran sekitar Rp 700 ribu-Rp 2 juta per orang tergantung jumlah ternak yang dimiliki. "Peternak yang memiliki 10 ekor sapi saya hargai Rp 700 ribu per bulan, lebih dari 10 ekor saya hargai Rp 2 juta per bulan untuk kotoran sapinya," jelas Budi.

Dengan permintaan yang terus meningkat dan belum terpenuhi, Budi mengatakan prospek usaha budidaya jambu mutiara ini sangat bagus. Hal ini dikarenakan pem-budidayanya masih sedikit, apalagi dengan teknik budidaya organik tentunya harga per kilo lebih menjanjikan.

Kendala. Dalam budidaya biasanya yang menjadi momok bagi para petani adalah serangan hama dan penyakit. Begitu pula pada budidaya Jambu Mutiara ini sendiri. Budi mengaku hama dan penyakit yang biasanya menyerang tanaman jambunya adalah serangan ulat, belalang dan lalat buah. Namun bagi Budi hal semacam itu tidak begitu ia khawatirkan. "Pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit seperti itu cukup saya lakukan secara manual saja, tidak melakukan penyemprotan pestisida," jelasnya. Menurut Budi bila tanaman jambunya terkena serangan hama/penyakit, ia cukup memotong daun/batang yang terkena serangan secara manual saja. 

Biji Mutiara asal Thailand, tiap minggu ia bisa panen 800 kg jambu yang nyaris tak berbiji itu. Menariknya tanaman ini bisa dipanen sepanjang tahun dan permintaan pasar cukup tinggi serta pembudidaya masih sangat sedikit.  Dari satu hektar lahan, mampu menghasilkan 42 ton/tahun. Jika harga di tingkat petani Rp 12 ribu, maka omset yang dicapai sekitar Rp 504 juta/tahun atau Rp 42 juta/bulan.
 
Sumber : http://khamsahamida-khamshamida.com

1 komentar:

  1. Betul sekali karena masyarakat blm bnyk yg melihat budidaya jambu air secara komersil dan masif saat ini jambu hny tanaman di pekarangan rumahnya sj mngkin kurangnya promosi dan sosuisasi ttg bisnis jambu air ini

    BalasHapus