SETIAP orang pasti memiliki hobi untuk melepas stres
maupun untuk rekreasi. Contoh saja Almarhum Wakil Menteri ESDM
Widjajono Partowidagdo. Salah satu cara yang beliau lakukan untuk
menghilangkan kepenatan pekerjaan dengan melakukan hobinya, yakni
mendaki gunung.
Hobi serupa dimiliki Peres Ariranto Pangabean. Berawal dari hobinya
mendaki gunung bersama kakak dan teman-temannya, pria yang akrab disapa
Peres ini telah terinspirasi untuk menjual perlengkapan gunung.
Sayangnya, anak ke-3 dari empat bersaudara ini bukan terlahir dari
keluarga pebisnis. Ayahnya, Timbul Pangabean, bekerja sebagai supir
angkot, sementara sang ibu, Susiani beprofesi sebagai penjual sayuran
yang bertempat tinggal di Kampung Tipas Mekarsari, Cimanggis, Depok.
Namun, hal tersebut tak mengahalangi Peres untuk memulai usahanya.
Peres mengaku kedua orangtuanya mendukung apa yang akan dilakukan Peres.
Tapi, orang yang paling mendukung Peres dalam keluarganya sang kakak
kandungnya yakni Tongam Sopiantoro. Menurut Peres, kakanya itu kerap
memotivasi Peres untuk lebih maju. Dukungan sang kakak, juga diwujudkan
saat mereka mencari tempat yang digunakan untuk outlet outdoor miliknya di samping Universitas Pancasila, Jakarta Selatan. Outlet seluas 2×3 meter persegi tersebut, dibanderol dengan harga Rp6 Juta per tahun.
Kedua kakak beradik tersebut memang tidak mempunyai uang sedemikian
besar, karenanya pada 2000 mereka mengajukan pinjaman ke bank dengan
menggadaikan surat tanah milik orangtuanya. “Dulu nyari modal pinjam
dari bank Rp5 juta, tapi yang cair cuma Rp2,5 juta,” kenang Peres kala
berbincang dengan Okezone di salah satu outlet-nya
cabang Depok, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Alhasil untuk menambah
modal tersebut Peres harus menjual kendaraan kesayangannya. “Saya sampai
jual vespa waktu itu,” tambah dia.
Outlet pertama pun akhirnya berdiri, dengan meminjam nama sebuah gunung di Aceh, Leuser, yang kini ditetapkan sebagai merk produk outdoor-nya.
“Dulu abang dan teman-temannya mendaki gunung Leuser di Aceh, lalu
bersama ketiga temannya memilih nama Leuser untuk produk ini,” jelas
dia.
Namun, masalah bukan selesai dengan mendapatkan tempat untuk mmbuka
tempat berjualan. Masalah sebenarnya baru datang kala produk mereka
muncul, yakni bagaimana cara memasarkan produk mereka. Menyewa tenaga marketing bukan opsi bagi mereka. Jangankan untuk menyewa marketing, untuk mempekerjakan seorang penjaga saja mereka belum mampu. Outlet tersebut, terpaksa dijaga bergantian oleh keduanya sekaligus melanjutkan kuliah.
Karenanya, pemasaran pun dilakukan keduanya sambil menjalankan
kuliah. Berawal dari penawaran ke teman-temannya, produk keduanya pun
mulai marak di antara teman-temannya. “Dulu setiap bawa barang ke kampus
temen-temen malah pada tertarik. Mereka malah mampir ke outlet, soalnya kata mereka lebih lengkap di outlet,” jelas Peres.
Peres pun tidak main-main dalam menjalankan usahanya. Untuk itu, pria
kelahiran Jakarta, 21 Oktober 1985 ini sengaja memilih ilmu
administrasi niaga. “Saya milih kuliah ngambil jurusan administrasi
niaga memang niatnya nanti mau ngembangin usaha bareng abang,” tuturnya.
Marketing yang dilakukan Peres dan kakaknya tergolong sukses
menarik pelanggan. Dengan omzet awal sebesar Rp10 juta-Rp15 juta per
bulan, membuat tempat yang awalnya dia sewa dipermanenkan pada 2011,
sekaligus menjadi outlet resmi Leuser yang pertama.
Sukses Peres tak lepas dari tergabungnya dia dalam Ikatan Asosiasi
Adventure Indonesia yang terdiri dari berbagai pengusaha dibidang jual
beli perlengkapan outdoor. Peres mengaku outlet-nya
kebanjiran order saat Juni sampai Desember, karena pada bulan-bulan
tersebut saat libur sekolah dan banyak orang yang berlibur untuk traveling dan menggunakan peralatan gunung guna menunjang pendakian.
Peres mengaku dahulu tidak terpikir usahanya akan berjalan hingga saat ini. Sampai saat ini outlet yang
dimilikinya sekira enam outlet di antaranya di Cibubur, Margonda Depok,
Ciputat, Kramat Jati, dan Kalimalang, kawasan Universitas Pancasila.
Dengan omzet mencapai Rp150 juta per outlet, Peres kini memiliki sekira 25 karyawan di enam cabang outlet Leuser miliknya. Sekira 15-17 merk peralatan gunung ia jual di enam cabang outlet-nya. Dengan permintaan konsumen yang kian meningkat setiap bulannya.
Hal ini, tak lantas membuat Peres berbangga hati. Dia mengaku sering
membaca profil para pengusaha seperti Bob Sadino, Chairul Tanjung dan
sebagainya untuk menginspirasi dirinya dan usahanya. “Mereka saja bisa,
kenapa saya tidak, mumpung masih muda diumur saya 27 ini,” tukasnya
sambil tersenyum.
Selain itu, keikutsertaan dia dalam organisasi outdoor juga
mendatangkan keuntungan lain. Di setiap pertemuan dia dapat menambah
wawasannya dan bertukar fikiran dengan sesama pengusaha outdoor untuk mengembangkan usahanya dan membahas kendala apa saja yang dihadapi dalam menjalankan usaha perlengkapan outdoor.
Oleh karena itu, persaingan dengan outlet outdoor lain pun
dijadikan motivasi dirinya untuk terus mengembangkan usahanya, karena
menurutnya jika tidak ada saingan maka usahanya tidak akan seperti yang
ia jalani saat ini. Intinya, jelas dia, harus tetap berpikiran positif.
“Saya percaya kalaupun enggak ada modal yang penting ada niat, jangan
mudah menyerah dan yang penting bekerja keras, itu akan membawa kita
pada kesuksesan,” ungkap Peres.
Menurut dia, kunci sukses lainnya adalah 25 orang karyawannya yang
loyal. “Zaman sekarang orang pintar banyak, tapi orang jujur susah,”
kata Peres.
Ke depan, Peres berencana akan mengembangkan usahanya dengan membuka cabang outlet Leuser di seluruh daerah di Jabodetabek. Dengan saving money 20 persen dari keuntungan yang didapat, Peres menyisakannya untuk memenuhi kebutuhan outlet-nya.
“Meskipun bapak sopir dan ibu tukang sayuran dulu, tapi sekarang saya
sudah bisa mencukupi semua yang mereka perlukan,” tukas dia.
Sumber : wirasmada.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar