Gara-gara uang kiriman sering tersendat, ketika masih
kuliah di IAIN Sunan Kalijaga, Muhammad Luthfi Yuniarto (39) harus
pontang panting mencari uang. Di pilihnya sektor kerajinan.
Pertimbangannya, modal ringan, prospek pasar saat itu bagus. Tahun 1996,
Luthfi menjadi perajin bubut kayu.
Perlahan, usahanya
berkembang. Menembus beberapa supermarket besar. Sayang, di tengah usaha
yang sedang mekar, 1998 terjadi kerusuhan besar di Solo. Beberapa
supermarket di Solo dibakar massa ketika terjadi demonstrasi reformasi.
Padahal, sebagian besar dgangan Luthfi beredar dipusat-pusat
perbelanjaan Solo. “Kerugian lumayan besar, karena hampir semua produk
saya konsentrasikan di Solo, ung ungkap Lutfi.
Peristiwa itu
nyaris membuat pria asli Cepu ini fristaso/ Imtimg;aj. Rasa tanggung
jawab menafkahi keluarga membuatnya bangkit lagi. Suami dari Almuna
Fasah Asyarifah (Ifah), bangkit dan kembali memilih barang kerajinan.
Dia memproduksi kain tenun ATM dipadu batik. Inovasinya itu menarik
konsumen. Order semakin membanjir di rumahnya, Bedukan Pleret Bantul.
Lagi-lagi nasib berkata lain. Saat usahanya sedang tumbuh, gempa besar
menghantam Bantul, mei 2006. Usahanya berantakan. Aset dan alat-alat
produknya hancur. Musibah besar itu tak lantas membuatnya patang
semangat. Apapun yang terjadi, roda perekonomian keluarga harus jalan.
Setelah melakukan sederetan pengamatan pasar, diputuskan alih haluan.
Bisnis kuliner, membuat cake dan brownies. Ternyata Lutfi memang
bertangan dingin, buktinya sejak tahun 2007 buka usaha sebagai bentuk
aksi bangkit pasca gempa. Kini usahanya berkembang pesat.
“Istri
saya paling rajin mengumpulkan resep. Mungkin ada ribuan resep makanan
yang disimpannya. Nah, untuk memulai usaha kuliner kita buka semua resep
itu. Dan kita temukan beberapa yang bisa dicobakan. Jadilah kita
bermain di roti basah untuk harian dan roti kering ketika menjelang Idul
Fitri,” ungkap Lutfi yang ditemani Ifah.
Apalagisetelah
menemukan formula bernama “egg roll” ubi ungu 6 bulan silam. Cemilan ini
lantas menjadi produk andalan mereka yang dibereri brand Shasa.
Proses penemuan resep tersebut melalui serangkaian ujicoba. Butuh waktu
selama seminggu dan biaya tidak sedikut untuk mendapatkan resep
istimewa ini. Kalau egg roll yang biasa disebut roti semprong itu pada
umumnya berbahan terigu dan tepung sagu. Tapi Lutfi dan Ifah menggunakan
ubi ungu. Jadi, warnanya juga berbeda.
Roti semprong buatan
Luthfi dominan rasa ubi ungunya. Demikian pula tekstur ubi, sangat
terlihat. Sehingga cemilan ini mengandung banyak nutrisi dan baik untuk
kesehatan.
“Ada ide, bikin makanan khas Yogya yang belum ada di
pasaran. Kami mencoba dengan ubi ungu. Ternyata, membuat semprong dari
ubi ungu sangat sulit. Formulanya baru ketemu setelah seminggu penuh
melakukan eksperimen,” katanya. Untuk meyakinkan kalau egg roll ubi ungu
ini murni kreasi mereka, Luthfi pernah menjelajahi dunia maya. Mencari
egg roll ubi ungu. Ternyata belum ada datanya.
Setelah yakin itu
murni inovasinya, lalu mereka berani mempublikasikan dan memproduksi
secara besar-besaran. Kini dengan dibantu oleh 14 orang karyawan setiap
harinya, mereka mampu memproduksi sebanyak 300 pack “egg roll” ubi ungu
dengan omset setiap bulannya Rp. 80 juta.
“Meskipun pasaran sudah mapan, tapi kami tidak meninggalkan roti basah
dan roti kering. Setiap kali ada pesanan, kami siap melayani. Dan
ternyata permintaan pesanan roti semacam itu tetap saja ada,” ungkap
Ifah yang menjadi koki utama dlaam pembuatan adonan egg roll ubi ungu.
Meskipun produk egg roll ubi ungu baru melangkah enam bulan, tetapi
permintaan pasar begitu besar. Meskipun tidak melakukan cara pemasaran
yang canggih, hanya melalui dari mulut ke mulut (gethok tular) ternyata
egg roll ubi ungu mampu menembus pasar hingga beberapa kota besar di
Jawa, seperti Jakarta, bandung, Bogor, Surabaya, Solo, Purwokerto bahkan
sampai ke Lombok, Bontang, Samarinda dan Bali.
Untuk memenuhi
permintaan pasar yang semakin besar, dibutuhkan ubi ungu yang lebih
banyak lagi. Padahal, ubi ungu termausk umbiang langka dan tidak di
setiap tempat bisa tumbuh dengan baik. Maka untuk memenuhi kebutuhan ubi
ungu, Lutfi mengaku sudah melakukan upaya kerjasama dengan beberapa
petani di Bantul melalui dinas pertanian.
Selama ini pasokan ubi
ungu didatangkan dari Tawangmangu. Tapi itu masih terasa kurang bahkan
untuk mendapatkan ubi ungu, Lutfi pun melakukan hunting ke pasar ketela
di Karangkajen.
Soal reesep istimewanya itu, Lutfi mengaku tidak
dijadikan rahasia perusahaan. Sebab untuk membuat adonan yang dilakukan
oleh Ifah istrinya, boleh dilihat dan bahkan beberapa karyawannya sudah
bisa melakukannya. Menurutnya dengan memberikan resep secara terbuka
artinya merupakan bagian dari upaya pencerdasan dan membuka peluang
lahirnya pelaku usaha baru.
Sumber : shvoong.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar