Kegemaran Andrie Wongso merangkai kata mutiara membuahkan hasil manis. Setelah sempat sukses di bisnis kartu ucapan lewat bendera Harvest, berbekal keterampilan yang sama, saat ini, Andrie mendulang sukses sebagai motivator.
Anda mungkin mengenal produk kartu ucapan merek Harvest yang banyak dijajakan di toko buku. Di era 1990–2000, Harvest terkenal sebagai kartu ucapan yang berisi
kata-kata mutiara. Belakangan, bisnis Harvest melebar ke produk tas,
buku catatan kecil (memo), buku tulis, dan stiker.
Pemilik PT Harvindo Perkasa, pemegang merek Harvest, adalah Andrie Wongso.
Pria 57 tahun ini mengaku, di masa jayanya, produksi kartu Harvest bisa
sampai 10 juta lembar semusim. Musim kartu ucapan adalah saat Lebaran,
Natal, tahun baru, serta Valentine. Saat ini, bisnis kartu ucapan memang meredup, meski permintaan produk lain masih banyak.
Pada tahun 1985, Andrie memulai bisnis kartu ucapan dari nol.
Bermodal duit tabungan pribadi, dia membuat kartu ucapan di atas kertas
kecil. Kertas yang semula berfungsi sebagai pembatas buku tersebut ia
tulisi kata-kata mutiara karangannya sendiri.
Andrie menawarkan kartunya ke sejumlah toko di Jakarta. Tapi, tidak
mudah memasarkan produk yang masih dianggap remeh itu. Banyak toko
menolaknya. Untung, akhirnya, ada toko di Pasar Pagi, Mangga Dua, yang
bersedia menerima produknya. Saat itu, produk bermerek Harvest tersebut
ia jual seharga Rp 100 per lembar.
Tak disangka, kartu tersebut mendapat sambutan positif dari pasar dan
cepat menjadi tren di kalangan anak muda. Roda bisnis Andrie pun makin
kencang berputar. Produk Harvest mulai masuk ke toko-toko besar. Saking
banyaknya penggemar, Andrie sampai mendirikan Harvest Fans Club, wadah
bagi para pecinta produk ini.
Tapi, sebelum sukses membesarkan Harvest di Indonesia, Andrie harus
melalui jalan hidup yang terjal. Pria asal Malang, Jawa Timur, ini tidak
pernah lulus sekolah dasar (SD). Sebab, SD Mandarin tempatnya belajar
dulu ditutup ketika pecah kerusuhan politik tahun 1965. Andrie yang
berasal dari keluarga miskin tak mampu pindah ke SD umum. Ia harus puas
menghabiskan masa kecil dengan membantu orang tuanya membuat aneka kue
yang dititipkan di pasar.
Produk sama, media beda
Alhasil, sejak 10 tahun silam, bisnis kartu ucapan Harvest mulai
meredup. Kini, produk Harvest yang tersisa tinggal kertas isi ulang
(looseleaf), kertas kado, dan tas sekolah anak. Namun, Andrie tetap
menghadapi kondisi tersebut secara bijak dan pantang menyerah.
Andrie lantas mengalihkan bisnisnya ke bidang motivasi. Kebetulan,
sejak menggarap Harvest, dia kerap diundang menjadi pembicara untuk
membagikan kisah hidupnya. Lama-lama, namanya mulai dikenal sebagai
motivator.
Andrie lantas memaksimalkan peran sebagai motivator dengan membuat
buku, majalah, dan compact disc (CD). Enam bukunya sempat menjadi best
seller. Majalah Luar Biasa buatannya dicetak hingga 30.000 eksemplar per
bulan. Di jaringan tokonya, AW Success Shop, ia juga menjual aneka
pernik, seperti kaus dan bantal bertuliskan kata motivasi. “Dulu, saya
pakai media kartu, sekarang lewat aneka produk ini,” ujarnya. Sekali
diundang sebagai motivator, tarif Andrie bisa di atas Rp 50 juta.
Tahun ini, Andrie akan melebarkan bisnisnya dengan membuka sekolah motivasi di Central Park, Jakarta Barat. Sayang, Andrie Wongso enggan mengungkapkan penghasilannya saat ini.
Sumber : http://cermot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar