Dalam menjalankan bisnis kue kering, Diah Andini menerapkan sistem produksi ramah lingkungan. Ia membuat sumur resapan untuk menampung limbah. Diah juga memberi lapangan kerja bagi banyak pengangguran di lingkungannya.
Diah Andini adalah sosok wanita yang patut dicontoh. Betapa tidak. Untuk membantu usahanya dalam berniaga kue kering, wanita yang akrab disapa Andini ini memberdayakan para pengangguran yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya di Desa Bojong Koneng, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Eloknya, dalam menjalankan usahanya yang telah dirintis sejak tujuh tahun silam itu, Andini menerapkan sistem produksi ramah lingkungan. Contohnya, ia membuat sumur resapan di pabriknya untuk menampung limbah hasil produksi kue keringnya. Jadi, selain memberi manfaat ekonomi bagi lingkungan sekitar, usaha yang ditekuni Andini juga ramah lingkungan lantaran tidak meninggalkan bau tak sedap.
Manajemen produksi seperti itulah yang akhirnya mengantarkan Andini meraih penghargaan sebagai Social Entrepreneur di ajang BNI-Femina tahun 2009 lalu.
Andini mengaku, dirinya tidak menyangka bisnis kue keringnya bakal berkembang seperti saat ini. Maklum, saat awal membuka usaha kue, Andini tidak yakin dengan kondisi fisiknya ketika itu. Gara-garanya, dokter memvonis perempuan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ini menderita penyakit jantung menjelang akhir studinya. “Saya sempat stres. Ibu saya lalu menyarankan agar saya berbisnis supaya bisa menenangkan pikiran,” kenang Andini.
Karena sejak kecil sering membantu sang ibu membuat kue kering, Andini memutuskan memulai bisnis kue kering.
Bermodalkan pinjaman dari ibunya, dia mulai merintis usaha kue kering. Bendera usahanya adalah Difa Cookies.
Pada tahap awal, ia mempekerjakan delapan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Perempuan kelahiran 2 Juni 1975 ini mengisahkan, awalnya cukup berat mempekerjakan mereka. Yang tersulit adalah mengubah kebiasaan hidup karyawannya, baik dari sisi kebersihan maupun kedisiplinan dalam bekerja.
Itu sebabnya, sebelum resmi mempekerjakan mereka, Andini melakukan pelatihan awal selama sepekan. Salah satu hal yang ia tekankan adalah membuat standar operasional untuk melatih kedisiplinan para karyawan. “Awalnya untuk menerapkan kebersihan dan kedisiplinan pada diri sendiri saja berat, tapi sekarang bahkan ada yang menerapkannya sampai ke lingkungan rumah mereka,” tutur ibu dua anak ini.
Jadi, pelatihan kerja yang ia terapkan pada karyawannya tidak sia-sia. Kini, Andini telah merekrut 25 warga sekitar Bojong Koneng menjadi pekerja tetap Difa Cookies. Bahkan, saat pesanan melonjak menjelang Lebaran atau hari raya lainnya, dia mempekerjakan 80-120 orang tetangganya.
Dengan mempekerjakan warga, Andini pun bisa mengangkat perekonomian warga di desanya yang termasuk salah satu desa tertinggal di Jawa Barat. “Dengan bekerja di sini, mereka bisa menambah pendapatan bagi keluarganya. Selain itu, tindak kejahatan juga bisa diminimalkan,” ujar Andini.
Andini menuturkan, tahun lalu Difa Cookies berhasil meraup omzet Rp 900 juta. Setiap tahun penjualan kue keringnya meningkat sekitar 15%-20%. Konsumennya berasal dari Bandung, Jakarta, Balikpapan, Kuala Lumpur, hingga Brunei Darussalam.
Ke depan, perempuan kelahiran Semarang ini akan merintis sistem plasma di kampung tempat pabrik mininya beroperasi. Nantinya, beberapa warga akan dikelompokkan untuk memproduksi kue kering sendiri. Andini akan membantu memasarkan hasil produksi mereka. “Saya ingin mereka tidak tergantung terus pada pabrik saya yang kecil ini,” katanya merendah.
Sumber : kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar