Kamis, 27 September 2012

Sukses Home Industry


Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti ketan hitam atau putih yang setelah jadi disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan".Dalam proses fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis  mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor. Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus dan lain-lain. Tapai hasil fermentasi dariS. cerevisiae. seperti umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket Umumnya, tapai diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut.

Kerja keras yang dibarengi ketekunan selalu berbuah keberhasilan. Hal itu juga terbukti pada apa yang dilakoni Sukaesih (34) yang merintis usaha tape ketan dengan merek "Binangkit" khas kuningan sekitar empat tahun lalu.

Dengan modal 25 kilogram beras ketan, Sukaesih memulai usaha pembuatan tape ketan dirumahnya di Desa Tarikolot Kec. Cibeureum Kabupaten Kuninga, dan hanya baru dijual didaerah sekitarnya saja. Namun seiring waktu usahanya kini sudah bisa dikatakan sangat berhasil.

"Sebelum bikin tape dulu sempat buat keripik dan menjahit pakaian tapi kurang berhasil. Mungkin jalannya di bisnis tape ketan, alhamdulillah bisa seperti sekarang bisa membantu lingkungan sekitar dan mempekerjakan 30 orang pegawai," kata Sukaesih yang akrab dipanggil ibu Panji.

Dalam merintis usahanya ia tidak terlepas dari peran koperasi, ia mendapatkan bantuan modal dan pembinaan dalam hal cara pemasaran dan mengembangkan kualitas produk, termasuk bantuan peralatan yang diperlukan dari badan koperasi didaerahnya.

"Dulu sempat mendapatkan pinjaman modal dari koperasi sekitar Rp 10 juta yang saya gunakan untuk menambah modal untuk mengantisipasi pesanan yang terus meningkat. Dan Alhamdullilah tape ketan buatan saya disukai banyak orang," ujarnya sambil melayani pembeli saat mengikuti pameran KUMKM Bank Jabar Banten (BJB) baru-baru ini.

Seiring usahanya yang terus berkembang, Sukaesih setiap tahun menambah permodalan usahanya. Dan terakhir ia mendapatkan bantuan pinjaman modal dari BJB sebanyak Rp 100 juta yang digunakan untuk menambah modal untuk memperluas pemasaran dan menyiapkan stok menjelang lebaran.

“Modalnya masih butuh lebih banyak, karena sekarang saja bisa menghabiskan 2 - 5 kuintal beras ketan setiap hari, apalagi bila menjelang lebaran, bisa habis sampai 1 ton perhari,” pungkas sukaesih yang biasa menjual tape ketannya seharga Rp 350 perbungkus kecil dan memasarkan kebeberapa toko makanan di daerah Kuningan dan pantura.

Menurutnya pesanan terus banyak berdatangan dari luar daerah. Bahkan dalam sehari bisa sampai mengirim hingga 100 ember atau sekitar 2 kuintal tape ketan siap saji. Ia mengaku tape ketan Binangkit miliknya banyak dipesan dari berbagai daerah diantaranya Bandung, Jakarta, Palembang, dan Yogyakarta.

“Saya berharap bisa menambah kapasitas produksi lagi sehingga bisa membuka lapangan kerja dikampung saya. Dan selain itu bisa memperluas pemasaran keseluruh daerah di Indonesia dan tidak hanya di wilayah dekat saja, karena pesanan juga sudah banyak dari luar Jawa Barat,” tuturnya. (Krishna Ahadiyat/”PR”)

Dari kisah sukses yang terungkap di atas, ada banyak hal yang menarik yang dapat menjadi pembelanjaran bagi yang ingin melakukan wirausaha. Antara lain untuk memulai usaha tidak perlu dengan modal yang besar, Ibu Sukaesih memulai usahanya hanya dengan 25 kg ketan, tetapi dengan kerja keras dan ketekunannya usahanya terus berkembang hingga saat sekarang telah mencapai 5 kuintal beras ketan per hari, bahkan bisa mencapai 1 ton per hari pada saat menjelang lebaran.

Sumber : khamsahamida-khamshamida.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar