Selasa, 11 September 2012

Sukses Beternak Kalkun

Masa pensiun bagi sebagian besar pegawai menjadi momok menakutkan. Tapi tidak bagi Suparjo. 2 tahun menjelang pensiun dari kejaksaan negeri Sleman, ia sudah mulai ancang-ancang, merancang kira kira bisnis apa yang bisa digarap untuk menopang penghasilan keluarga disamping menyambung kesibukan masa pensiun. Di dekat rumahnya sudah tersedia petak lahan seluas 1000 meter belum tergarap. Setiap kali berfikir mengolah lahan, jauh terbayang kanak sampai remajanya dia sudah terbiasa ngarit (red: mencari jerami) untuk pakan ternak. Iapun membiayai pendidikannya dari ternak sapi. Maka tak heran istrinya mengusulkan agar memelihara sapi saja. Tapi bukannya menuruti ide sang istri pilihan Suparjo justru jatuh pada budidaya ikan terpadu. Alasannya sepele, memelihara ikan tidak memerlukan perhatian khusus soal pakan.
“Kalau ikan telat ngasih makan ndak akan protes sama pemiliknya, lain kalau sapi atau ternak lain, telat ngasih makan bisa protes bahkan sampai menyerang pemiliknya” ujar Suparjo pada Trans Agro. Dari lahan seluas 1000 meter tersebut itulah Suparjo berinvestasi membangun 5 petak kolam model perairan deras untuk budidaya nila dan bawal. Diatasnya dibangun kandang ayam yang nantinya dialih fungsi jadi kandang kalkun.
Pada awalnya hanya iseng Suparjo memelihara sepasang kalkun sebagaimana entok dan ayam yang dibiarkan berkeliaran begitu saja di lahan sekitar kolam. Namun melihat hasil penjualan kalkun yang lumayan, Suparjo mulai memikirkan bagaimana agar telur-telur kalkun menetas semua dan menekan risiko kematian saat pembesaran. Sebelumnya, dari rata-rata 15 ekor telur yang dihasilkan, rata-rata hanya 3 ekor saja yang berhasil tumbuh hingga dewasa. Dengan ketekunannya, mulailah bereksperimen mencari solusi bagaimana memaksimalkan penetasan pembesaran kalkun tersebut. Sampai akhirnya setelah sekitar 3 kali ujicoba dan pengamatan pakan, model kandang sampai dengan pemberian vaksin, Suparjo akhirnya menemukan formula yang pas untuk budidaya kalkun. Dengan formula tersebut Suparjo bisa meminimalkan risiko kematian pembesaran kalkun-kalkunnya. Apalagi setelah melihat hasil dari penjualan kalkun ini yang lumayan, kini Suparjo mulai memaksimalkan lahan dan kandang yang ia miliki untuk memelihara kalkun.
2 bulan sudah balik modal
Kalkun dewasa yang sudah siap berkembang biak berusia sekitar 7 sampai 8 bulan. Menurut Suparjo, bukannya ingin meremehkan ternak sapi atau ternak ayam, ia melihat lebih menguntungkan memelihara kalkun daripada jenis ternak lainnya. Alasannya anakan kalkun yang dipelihara dan dibesarkan dalam jangka 1½ bulan bisa dijual dengan harga pasaran minimal 100 ribu per ekor. Sementara pemeliharaan pada rentang usia tersebut belum begitu membutuhkan pakan yang banyak sehingga keuntungan lebih berlipat ganda. Keuntungan ini tentu saja tidak semudah saat melipat uang dalam kantong. Berbekal pengalaman Suparjo soal pemberian pakan, pemeliharaan suhu kandang dan kontrol terhadap penyakit adalah kunci.
Jadi anjangsana orang asing
Jika kalkun ini terkenal sebagai konsumsi orang-orang barat, dalam acara thanksgiving misalnya, ternyata berimbas di perternakan kalkun Supardi. Anak keduanya yang pernah bekerja di sebuah hotel berbintang di Yogyakarta sering mengantarkan tamu-tamu asing ke peternakan Supardi. Lambat laun dari pihak hotel sendiri sudah mempunyai pemandu-pemandu yang mempromosikan dan menjadikan peternakan kalkun Suparjo sebagai paket wisata. Tentunya jadi rejeki nomplok bagi kedua belah pihak. Di pihak pertama Suparjo sebagai pemilik peternakan diuntungkan dengan penjualan kalkun dengan harga lebih dari biasanya oleh tamu-tamu asing tersebut. Seekor kalkun bisa dibeli 1 juta dari tangan tamu asing tersebut. Sedangkan di pihak lain, para pemandu menjual paket wisata agro ke peternakan kalkun ke tamu-tamu asing tersebut. Suparjo mengaku tak pernah turut campur ke pemandu soal berapa harga sebenarnya yang ditawarkan oleh pemandu kepada tamu-tamu asing tersebut karena terpenting buatnya dengan diatas harga rata-rata saja untung sudah berlimpah.
Pernah ketika populasi kalkun dewasa Suparjo mencapai 200 ekor lebih halaman rumahnya sangat ramai dengan suara kalkun. Para tamu bisa menyaksikan langsung kalkun-kalkun tersebut yang dibiarkan berkeliaran, memberi pakan dan memilih sendiri kalkun yang akan dibeli.
Baru 1 minggu sudah ada yang menawar
Saat ini Suparjo merasa kewalahan dengan pesanan anakan kalkun. Baru berusia 1 minggu telur-telur kalkun tersebut menetas sudah ada yang berani menawar sampai dengan 35ribu per ekor. Banyak tamu-tamu dari dalam maupun luar kota yang jauh hari memesan anakan kalkun. Guna mengatasi hal tersebut Suparjo mulai menggarap plasma. Ia mempunyai beberapa plasma yang siap untuk mensuplai pesananan anakan kalkun. Tetapi kendala terbesar plasma-plasma tersebut kebanyakan masih belum bisa secara seteliti Suparjo dalam perawatan. Suparjo masih terus memantau dan mengkonsultasi plasma-plasma tersebut. Kebanyakan keluhan plasma tersebut soal tidak anakan-anakan kalkun yang kurang sehat.
Suparjo mengaku bila mengikuti pasaran lokal lebih menguntungkan menjual anakan anakan kalkun usia dari Anakan kalkun usia 3 sampai 4 bulan daripada menjual kalkun dewasa. Sebab anakan kalkun usia 3 sampai 4 bulan saja sudah bisa laku terjual sampai 100ribu. Sementara dengan usia pembesaran segitu pemberian pakan tidak terlaku banyak bila dibandingkan kalkun dewasa. Sehingga keuntungannya lebih berlipat. Kadangkala ada yang sudah memesan dulu jauh sebelumnya. Untuk anakan kalkun yang baru netas ia berani jual 20 ribu sampai dengan 25 ribu per ekor.
Biarkan si itik entok pemalas jadi juru tetas
Suparjo memiliki 1 unit mesin tetas untuk menetaskan telur-telur kalkun peliharaannya. Namun karena di daerahnya sering terjadi ganguan listrik Sehingga justru menimbulkan resiko gagal tetas. Sehingga Suparjo lebih memprioritaskan metode penetasan alami lewat si entok. Suparjo memelihara beberapa ekor entok dan membiarkannya mengerami telur-telur kalkun. Teknisnya sederhana, telur-telur kalkun yang dihasilkan dipindah di kandang pengeraman si induk entok yang juga baru mengeram. Lama pengeraman tersebut sama, yakni 28 hari. Bahkan Suparjo menemukan ada beberapa jenis entok betina yang getol mengeram sampai kuat mengeram 2 kali. Si entok yang getol mengeram ini tentu saja jadi andalan Suparjo. Tinggal memberikan pakan di dekat tempat si entok mengeram dan biarkan si entok bekerja lagi mengerami telur untuk kedua kalinya.
Setelah menetas, baik itu dari tempat pengeraman si entok maupun dari mesin tetas, Suparjo menaruh anakan-anakan kalkun tersebut dalam kotak kandang tertutup. Selama 10 hari, kondisi kandang dibiarkan hangat dengan lampu bohlam 15 watt. Tak ada yang istimewa dari kandang ini selain kandang bambu dengan penutup dari kardus untuk menjaga suhu hangat. Bila pagi, Suparjo mengontrol anakan-anakan kalkun tersebut, memberi pakan dan terkadang menjemur mereka di bawah sinar matahari pagi.
Membuat Penangkaran Kalkun
Sampai saat ini rekor populasi terbanyak ternak kalkun Suparjo mencapai 500 ekor. Kedepannya Suparjo berencana membangun pagar tertutup di areal lahan seluas 1000 meter miliknya sebagai tempat kalkun-kalkun tersebut berkeliaran.
“Kalau tidak dikelilingi pagar takutnya nanti kalkunnya pada makan tanaman milik tetangga” sergah Suparjo pada Trans Agro.
Kalkun memang terkenal rakus pada sayuran segar. Suparjo secara rutin, pagi dan sore mencacah sawi dan kangkung sebagai pakan kalkun-kalkun tersebut. Di areal kandangnya kini Suparjo menerapkan pola 5 : 1 untuk indukan kalkun. Artinya 5 kalkun betina berbanting 1 kalkun jantan yang siap untuk mengawini. Bisa juga dengan model kandang diterapkan 12 ekor kalkun betina disbanding 2 ekor kalkun jantan. Tetapi untuk 2 seperti itu kalkun jantan harus berbeda usia. Karena menurut pengalaman Suparjo bila sang kalkun jantan sama-sama usianya, akan saling berkelahi.
“Pokoknya kalkun-kalkun tersebut saya tempatkan kandang bersekat-sekat, saya amati sampai seberapa banyak jumlah kalkun merasa nyaman” Ujar Suparjo
Model pemeliharaanya semi liar. Kala siang hari kalkun ia biarkan berkeliaran di lahan. Namun perlu diawasi, karena kerakusan kalkun bisa memakan dan merusak sayur-sayuran yang ditanam oleh tetangga. Sedangkan bila sudah petang, kalkun tersebut dikandangkan dalam kandang ukuran 4 x 12 meter dan disekat-sekat menjadi 3 bagian. Tiap sekat berisi 12 sampai dengan 15 ekor kalkun dewasa. Sedangkan untuk anakan-anakan kalkun, karena memerlukan perlakuan khusus dalam suhu dan pakan Suparjo membuat kandang bambu berukuran 1 x 0,5 meter di halaman rumahnya sehingga bisa dengan mudah tiap saat untuk memantau.

Sumber : bisnismuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar