Bagi orang-orang menengah atas, mengendarai mobil yang bersih, wangi dan terawat mesin dan bodinya merupakan suatu kebutuhan. Mobil,
bagi mereka bukan sekedar alat transportasi, tapi sekaligus sebagai
simbol prestise dan kebanggan. Tidak heran kalau mereka ingin mobilnya
tetap kelihatan bersih dan mengkilap. Sebab itu, untuk membuat mobil
tampak cantik, mereka tidak keberatan mengeluarkan kocek minimal Rp 500
ribu setiap kali berkunjung ke bengkel salon mobil. Kisah seorang pembersih kaca,
dimulai dari seorang lelaki bernama Haji Akbar Sarwono. Pemilik dan
pendiri salon kecantikan mobil HAS, memang jeli menangkap peluang
bisnis. Di Jakarta adalah lokasi pilihan yang tepat untuk membuka usaha
tersebut. Karena perkembangan ibu kota begitu cukup pesat dalam
perekembangan jumlah mobilnya, terutama pemilik mobil pribadi. HAS,
panggilan akran Haji Akbar Sarwono, kini telah mempunyai lima bengkel di
Jakarta yang setiap bulannya didatangi hampir 400 mobil untuk
mempercantik interior mapun eksterior Mobil.
Menurut HAS, jumlah tersebut masih dapat ditingkatkan. Kendala HAS
bukan pada pasar, tapi teknis, seperti keterbatasan tenaga kerja dan
ruang pembersihan.
Sejak muda, hobi pria kelahiran Surabaya ini adalah merawat mobil.”Saya nekat buka bisnis ini dengan modal dengkul,’ ungkapnya. Bisnis yang kini menghasilkan ratusan juta rupiah per tahun ini bermula dari jasa membersihkan kaca.
Pada tahun 1987, Has membuka bengkel pertama, di garasi rumahnya di
Kelapa Gading, Jakarta Timur. Kala itu hanya dibantu oleh seorang tukang
cuci mobil dan dan menempati sebuah garasi rumahnya yang hanya
berkapasitas 2 mobil. Dengan janji kaca buram jadi terang Has memasang
tariff Rp 25 ribu per mobil. Mulanya, ia pesimis bahwa tarif sebesar
itu dapat memikat konsumen. “Ongkos cuci mobil saja ketika itu hanya Rp
3000,’ katanya. Tapi, diluar dugaan Has, pada hari pertama beroperasi,
bengkelnya menerima tiga mobil.
Melihat respon pasar yang dinilai cukup baik itu, Has membuka lagi
bengkel di Pluit. Kali ini garasi rumah orang tuanya, dan hanya dapat
menampung satu mobil. Sejak saat itu, Has tak menganggap lagi merawat
mobil sebagai hobi. Ia mulai berpikir serius tentang pengembangan
bisnis. Karena itu ia terus mempelajari tentang pengembangan binis. Ia
terus mempelajari soal kecantikan mobil
dengan membaca buku serta mengunjungi pameran-pameran otomotif mobil.
Beliau juga mengeluarkan dana cukup besar untuk pergi ke Amerika, di
sana Has mengunjungi bengkel-bengkel salon kecantikan mobil dan banyak bertanya tentang bisnis ini. Has semakin mahir dalam
bisnis ini. Has menyadari bahwa usaha ini selain tergantung pada jumlah
mobil yang beredar juga tergantung pada lokasi. Pada tahun ketiga Has
telah berhasil meraih sekitar 200 pelanggan. Selanjutnya Has mencari
tempat berusaha yang dapat menampung lebih banyak. Di tempat yang baru
tersebut, Has tidak hanya menawarkan jasa membersihkan kaca mobil, tapi
juga mempercantik mobil. Jasa yang ditawarkan dikemas dalam satu paket,
yaitu membersihkan seluruh kaca mobil, mengkilapkan cat, membersihkan
seluruh bagian interior, membersihkan dan sekaligus mengkilapkan ban,
bumper setang wiper, dan handle pintu mobil, serta menciptakan keharuman
di dalam mobil seperti mobil baru.
Meski tidak tamat sekolah dasar, pemilik Has termasuk otodidak yang
bisa dengan cepat menguasai ilmu dan ketrampilan secara mandiri.
Bayangkan saja, kelahiran Malang Jawa Timur tahun 1941 itu menguasai
bahasa Arab, Belanda, Inggris, serta Cina dalam tiga dialek. Konon,
keahlian multi bahasa itu berkat pergaulannya dengan kalangan the high
yang menjadi langganannya. Karena itu pula, Has juga sering menerima
panggilan memoles kapal pesiar dan pesawat terbang milik para
konglomerat.
Kisah sukses seorang pembersih kaca ini, patut kita teladani.
Bagaimana kegigihannya mulai dari membersihkan kaca hingga mampu
menjadikan mobil-mobil pelanggannya tampak seperti keluar dari showroom
saja. Semoga dapat menjadi inspiransi berharga bagi anda para pebisnis
baru.
Sumber : http://bisnisukm.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar