Meskipun bisnisnya kini telah berkembang dengan pesat, namun perjalanan suksesnya dalam membangun usaha tempe tidaklah semulus apa yang kita bayangkan. Setelah memutuskan untuk menuntut ilmu di Akademi Perhotelah Sahid pada tahun 1987, Ia kemudian merintis karirnya sebagai seorang bell boy di Hotel Sahid Yogyakarta hingga bertahun-tahun lamanya. Pengalaman inilah yang kemudian mempertemukan Rustono dengan seorang wanita asli Jepang bernama Tsuruko Kuzumoto, yang kini telah dipersunting sebagai istrinya.
Di tahun 1997, Rustono memutuskan untuk hijrah ke Kyoto, Jepang untuk
melanjutkan hidup baru bersama istri tercintanya. Dari sinilah
perjuangan Rustono mulai dirintis dari awal. Ia bekerja di beberapa
perusahaan Jepang mulai dari perusahaan sayur-mayur higga perusahaan
roti yang semuanya menuntut ketelitian dan tanggungjawab cukup besar
dari para karyawannya. Rustono yang saat itu berprofesi sebagai seorang
karyawan, mendapatkan banyak ilmu dari masyarakat di negeri matahari
terbit tersebut, baik dari perilaku hidup sehari-hari maupun dari segi
etos kerja para karyawan yang relatif cukup tinggi.
Awal Merintis Usaha Tempepengusaha sukses 133x200 Sukses Merintis Usaha Tempe di Negeri Sakura
Berbekal pengalaman dan pengetahuannya di beberapa sektor industri, hati
kecil Rustono mulai terdorong untuk membuka peluang bisnis baru yang
belum pernah ada sebelumnya di Negara Jepang. Terinspirasi dari makanan
nato (sebangsa makanan dari kedelai yang rasanya sangat khas orang
Jepang), ayah dari Noemi Kuzumoto ini mencoba menekuni sektor bisnis
makanan dan membuat tempe dengan sedikit pengetahuan yang pernah Ia
ketahui.
Proses trial and error Ia jalani kurang lebih selama empat bulan, bahkan
Ia rela pulang ke Indonesia selama tiga bulan hanya untuk belajar
membuat tempe yang lezat dari 60 pengrajin tempe di seluruh Pulau Jawa.
Kuatnya tekad dan semangat Rustono untuk terus belajar memproduksi
tempe, akhirnya membuahkah hasil manis sehingga Ia berhasil membuat
tempe yang lezat dengan bantuan ragi dari Indonesia, dan memanfaatkan
sumber mata air di sekitar kediaman mertuanya.
Setelah berhasil memproduksi tempe dengan sempurna, ternyata masih
banyak kendala usaha yang dihadapi oleh Rustono. Salah satunya yaitu
mengenai izin produksi di Negara Jepang yang cukup rumit (harus melalui
berbagai tahap penelitian dan tes), serta kendala iklim alam yang kurang
bersahabat karena memiliki kelembapan udara kurang dari 60%, sehingga
proses fermentasi tempe tidak bisa berjalan maksimal tanpa bantuan
peralatan khusus yang bisa menjaga kestabilan cuaca.
Semua kendala tersebut dijadikannya sebagai sebuah tantangan baru,
hingga pada akhirnya Ia berhasil mengantongi perizinan dari pemerintah
setempat dan memasarkan produk tempenya dengan merek Rusto Tempeh yang
dilengkapi dengan ilustrasi gambar suasana kehidupan kampung di Pulau
Jawa. Dengan memanfaatkan kemasan produk 200 gram, sekarang ini
kapasitas produksi Rusto Tempeh bisa mencapai 16.000 bungkus setiap lima
hari. Ia memasarkan produk tempenya hampir ke seluruh kota di Jepang,
baik di perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan,
sekolah-sekolah, hingga ke beberapa rumah sakit di Fukuoka.
Kerja keras dan semangat juang Rustono di negeri sakura, kini telah
terbayar dengan keberhasilan usaha tempe yang Ia rintis. Bila dulunya
usaha tempe Rustono dijalankan di rumah kecilnya, kini suami Tsuruko
Kuzumoto ini telah membangun pabrik tempe di kawasan pinggir hutan yang
bermata air dan memanfaatkan lahan seluas 1.000 meter2. Semoga kisah
pengusaha sukses dari Grobogan, Jawa Tengah ini memberikan manfaat bagi
para pembaca dan menginspirasi seluruh lapisan masyarakat untuk segera
memulai usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.
Sumber : detij.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar