Kisah empat pendaki Indonesia yang juga mahasiswa Universitas Katolik
Parahyangan berhasil menapaki tujuh puncak dunia dan mencatatkan diri
dengan berbagai rekor dalam sebuah buku yang berjudul "Menapak Tiang
Langit: Pendakian 7 Puncak Benua".
Menurut
penulis dari buku ini, Agung Max Pribadi mengatakan ketika ditemui
dalam acara peluncuran buku di Blitz Megaplex Grand Indonesia berisikan
tentang rangkuman pendakian mereka mencapai tujuh puncak dunia dan
merupakan kelanjutan dari buku sebelumnya
"Buku
ini rangkuman kisah pendakian mereka mencapai tujuh puncak dunia. Kalau
buku sebelumnya hanya garis besar pencapaian mereka di Vinson Massif
dan Aconcagua," ujarnya.
Keempat
pendaki yang terdiri atas Sofyan Arief Fesa (29), Xaverius Frans (25),
Broery Andrew Sihombing (23), dan Janatan Ginting (23), telah membuat
Indonesia menjadi negara ke-53 dunia yang memiliki The Seven Summiteers.
Mereka
sudah mendaki puncak Carstenz Pyramid (4.884 mdpl) di Indonesia,
Kilimanjaro (5.895 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642) di Rusia, Vinson
Massif (4.889 mdpl) di Antartika. Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di
Argentina, Everest (8.848 mdpl) di Nepal dan Denali (6.194 mdpl) di
Alaska juga telah mereka tapaki.
Buku
setebal 199 halaman itu menggambarkan keindahan puncak-puncak tak
bernama pengawal Carstenz Pyramid serta mengisahkan pengalaman para
pendaki mengantri untuk menggapai Everest, melalui medan rockfall untuk
mencapai Atap Afrika, dan membuka jalur baru di Elbrus yang dinamai
"Indonesia Road."
"Penemuan
jalur itu awalnya tidak sengaja saat kami ingin mendaki Elbrus lewat
jalur yang tidak biasa, yakni dari utara. Akhirnya kita bikin sendiri,
kita bedah peta," jelas Ketua Tim, Sofyan Arief Fesa.
Selain
itu buku ini juga menggambarkan bagaimana Mahitala Unpar membuat
manajemen ekspedisi fleksibel dalam tim kecil yang bergerak efektif dan
efisien mengelola dana Rp8 milyar dengan target mendaki tujuh puncak
dunia dalam sekali kunjungan.
Sumber : http://pedomannews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar