Kamis, 01 November 2012

Pistales Omzet Ratusan Juta


Berdagang kuliner seakan tidak ada habisnya. Tidak perlu kuliner mahal yang bertempat di tempat mewah, rezeki juga mengalir melalui jajanan ringan. Contoh saja gorengan. Kalau berbicara mengenai gorengan, kita pasti tidak asing lagi. Hampir di setiap penjuru jalanan Ibu Kota dengan mudahnya kita akan menemui gorengan.
Contohnya salah satu warung gorengan yang banyak diburu di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan. Dedi Setiadi adalah pemilik warung gorengan tersebut.  Dia menjagokan tiga macam gorengan, yakni Pisang Tahu Lapis, dan Risoles. Dari situlah timbul ide menamakan warung gorengannya “Pistales” kepanjangan dari ketiga bahan baku gorengan tersebut.
Lahir dari racikan sang istri yang sejak awal ahli dalam membuat berbagai jenis makanan, terutama kue. Kedai yang bertempat di depan SMA 3 Setiabudi ini ternyata sudah malang melintang di dunia gorengan. Okezone pun mampir dan mencoba bertanya pada Dedi, berapa lama tepatnya warungnya telah berdiri. Jawaban yang diberikan Dedi pun cukup mengejutkan. “Baru 30 tahun,” katanya berseloroh.
Sebenarnya juga merasa heran, usahanya bisa bertahan hingga puluhan tahun. Maklum saja, usaha ini berawal dari ketidaksengajaan pada 1977 silam. Awalnya, Dedi didaulat menjadi seorang pengusaha kontraktor. Namun, lambat laun, bisnis kontraktornya tersebut tidak bisa lagi dilanjutkan. Dedi pun banting setir menjadi pedagang gorengan.
Dari ketidaksengajaan tersebut, dan hidup yang terus berjalan, bapak tiga orang anak ini akhirnya mencari cara bagaimana meneruskan hidup. “Awalnya memang sudah di sini (Setiabudi), dan saya jualan tahu lapis. Lambat laun saya mulai nambah dengan jual pisang cokelat dan risoles,” katanya.
Saat itu, modal Dedi hanya sekira Rp250 ribu. “Awalnya itu saya sampai diledek tukang pisang. Karena waktu pertama-tama saya beli pisang hanya satu sampai dua sisir. Saya ditanya, untuk dimakan atau dijual, waktu saya jawab dijual saya diledek, dijual kok sedikit sekali,” candanya.
Usaha yang awalnya kecil dan hanya mempekerjakan satu orang karyawan ini pun mulai menuai hasil. Tahun kedua, bisnisnya mulai laris manis. Bahkan, dia tidak lagi memesan pisang satu sampai dua sisir kepada penjual pisang. “Saya pesan satu pick-up, tapi mereka tidak bisa menyanggupi,” tuturnya.
Diakuinya, awal usahanya ini  tidaklah berjalan mulus. Gorengan yang dijual hanya berkisar antara 25-30 buah saja. Namun kini, kedai miliknya mampu menjual hingga ratusan bahkan ribuan buah gorengan setiap harinya. Kenaikan permintaan ini tentunya berpengaruh terhadap pendapatannya.
“Kalau dihitung pendapatan, tidak bisa secara gamblang. Karena tiap periode nilai uang terus berubah. Paling saya hanya bisa bebicara berapa jumlah yang terjual per hari. Dulu 100-200, meningkat sampai seribuan,” katanya lagi.
Dedi membanderol harga jual Rp2.500 untuk pisang cokelat dan Rp4.500 untuk tahu lapis. Pembeli paling banyak memburu tahu lapis.  Jika dihitung, maka omzet Dedi bisa mencapai Rp4,5 juta per hari hanya untuk gorengan tahu.
Kedai yang buka setiap Senin hingga Sabtu antara pukul 06.00-18.00 WIB ini, menurutnya sudah tidak asing lagi untuk sebagian orang. Bahkan, dia mengungkapkan kalangan artis pun sudah menjadi pelangganya.
“Pokoknya selebritis siapa yang tidak kenal pistales?” selorohnya sambil menyebutkan nama sejumlah artis seperti Sophia Latjuba, Krisdayanti, serta sederet artis papan artis lainnya.
Seiring berjalannya waktu, dia kian mantap berbisnis kudapan ini. Dia pun berencana akan membuka cabang baru di 2012. Loaksi yang dipilihnya masih kawasan tengah kota sekitar Blok M. “Investasinya Rp450 juta-Rp500 juta. Saya ingin konsepnya seperti cafe,” harapnya.
Kesuksesannya untuk menjajakan pistales ini pun sudah dilirik beberapa investor. Mereka menawarkan dirinya untuk bermitra dengan membuka pistales dalam skala bisnis yang lebih besar atau menggunakan konsep franchise. Namun dia menolak dengan alasan yang cukup simple. “Cokelat itu mudah dibuat dan dicampurnya. Saya tidak mau karena ingin menjaga rasa dan kualitas. Istri saya memang benar-benar sangat menjaga resepnya,” katanya lagi.
Terakhir, dia pun membeberkan kunci kesuksesannya dalam berusaha. Yaitu, jaga kualitas bahan serta rasa. Jaga dengan tangan sendiri dan pastikan memiliki ” gaya ” dari apa yang dilakukan. “Kita juga harus rajin, ulet, sabar, karena usaha kuliner baru bisa dilihat hasilnya satu sampai dua tahun kemudian,” pungkasnya.
Sumber : wirasmada.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar